REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nur Hasim
Bulan Ramadhan adalah bulan ibadah dan sekaligus bulan pendidikan dan pembinaan ketakwaan. Bulan ini merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah.
Bulan yang banyak dirindukan oleh umat Islam untuk senantiasa memperbanyak ibadah, selain meningkatkan takwa kepada Allah SWT. Umat Islam juga harus menjaga hubungan baik dengan Allah dan hubungan sesama manusia, atau sering disebut dengan istilah hablum minallah dan hablum minannas.
Hablum minallah adalah tata cara hubungan yang mengatur manusia dengan Allah dalam hal ibadah. Sedangkan hablum minannas hubungan yang mengatur antara manusia dengan sesama manusia atau amaliyah sosial.
Sebagaimana firman Allah dalam QS An-Nisa’ ayat 36, yang artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.”
Bulan puasa sering disebut bulan syahr al-judd (bulan kedermawanan), karena di bulan ini umat Islam dianjurkan banyak bersedekah, terutama untuk meringankan beban fakir dan miskin. Nabi SAW memberi keteladanan terbaik sebagai orang yang paling dermawan di bulan suci Ramadhan.
Puasa Ramadhan yang dikerjakan karena iman dan mengharap ridha Allah menumbuhkan jiwa sosial, karena rasa lapar dan haus yang dirasakan sepanjang hari merupakan bentuk pelajaran bagi orang yang berpuasa. Rasa haus dan lapar memberikan pendidikan yang berharga untuk dapat mengenal nilai kenikmatan yang dikaruniakan oleh Allah kepadanya.
Manusia kalau terus-menerus berlimpah kenikmatan, rasa syukurnya akan berkurang bahkan bisa hilang. Kenikmatan baru diketahui nilainya setelah lepas dari pemiliknya. Nikmat kesehatan baru diketahui nilainya ketika menderita sakit. Rasa manis baru diketahui nilainya setelah merasakan pahit. Orang yang dilapangkan rezekinya baru merasakan nilainya setelah berada dalam kekurangan.
Dengan melaksanakan puasa, kita akan mengetahui betapa berharganya nilai sesuap nasi dan seteguk air. Semuanya ini tidak akan pernah diketahui nilainya manakala tubuh kita tidak merasakan keringnya tenggorokan dan pahitnya kelaparan. Hal ini memberikan pelajaran kepada kita, ibadah puasa yang sangat penting adalah kesadaran hati, dan sikap untuk membantu dan menyantuni anak yatim kaum dhuafa, fakir dan miskin. Hal ini sejalan dengan perintah Allah di dalam QS Al-Maun, ayat 2 dan 3: “Tidak sempurna keIslaman seseorang sampai ia tidak peduli kepada anak yatim dan orang miskin.”
Anak yatim , orang fakir dan miskin merupakan orang yang sangat membutuhkan perhatian dan uluran bantuan. Ini yang yang ditekankan pada ibadah puasa Ramadhan. Puasa mengajarkan manusia untuk berjiwa sosial,memiliki kepekaan sosial yang tinggi, sehingga lahirlah sikap kritis, peduli terhadap lingkungan sosial sekitar, terjadi pertautan antara kesalehan individual dan kesalehan sosial.