REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minuman bubble tea yang berasal dari Taiwan pada awal 1980-an sangat digemari secara global dan masih dianggap minuman kekinian. Minuman yang juga disebut teh boba atau milk tea ini bisa dinikmati dalam banyak variasi.
Meski lezat, pakar kesehatan tidak menyarankan minum bubble tea setiap hari. Mengonsumsinya secara berlebihan akan memberikan dampak terhadap kesehatan, mengingat bahan-bahan yang dipakai untuk membuat minuman dingin tersebut.
Rata-rata bubble tea terbuat dari susu, teh, gula, boba (bola tapioka kenyal), juga buah dan sirup. Terdapat pula informasi bahwa pada saat diciptakan pertama kali, bubble tea tidak memiliki boba di dalamnya.
Memang benar bubble tea dibuat dari teh hitam atau teh hijau yang mendukung kekebalan tubuh dan mengurangi inflamasi. Akan tetapi, perlu diingat minuman ini juga punya kandungan gula yang cukup tinggi.
Sekitar 16 ons sajian bubble tea memuat 36 sampai 65 gram gula, tergantung rasanya. Bubble tea juga tinggi kalori, sekitar 232 hingga 318 kalori per sajian. Itu sebabnya meminum bubble tea tiap hari kurang disarankan.
Jangan heran jika orang yang rutin minum bubble tea setiap hari tanpa berolahraga mencatat kenaikan berat badan serta menambah risiko diabetes dan penyakit jantung. Dampak lainnya adalah sakit perut dan sembelit.
Kedua dampak terakhir disebabkan kandungan susu yang tinggi dan kurangnya serat pada bola tapioka. Tidak berarti minum bubble tea sepenuhnya dilarang. Hanya saja, nikmati minuman ini dalam frekuensi secukupnya, dikutip dari laman Health Digest, Jumat (7/5).