REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Timah Tbk (TINS) pada kuartal pertama tahun ini membukukan laba sebesar Rp 131 miliar. Laba ini diperoleh dari pendapatan sebesar Rp 2,4 triliun.
Sekretaris Perusahaan Timah Abdullah Umar menjelaskan pendapatan di kuartal pertama tahun ini menurun 45 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tercatat, kuartal pertama tahun ini perusahaan membungkus pendapatan sebesar Rp 2,4 triliun. Tahun lalu pendapatan perusahaan sebesar Rp 4,4 triliun.
"Berkat efektivitas manajemen biaya, TINS berhasil membukukan laba operasi sebesar Rp 131 miliar atau naik signifikan dibandingkan Q1-2020 yang minus sebesar Rp 434 miliar," ujar Abdullah melalui keterangan tertulisnya, Jumat (7/5).
Pendapatan kuartal pertama tahun ini ditopang dari sisi produksi bijih timah sebesar 5.025 ton. Produksi ini 61 persennya ditopang dari produksi offshore atau tambang laut. Sedangkan produksi logam timah turun 63 persen menjadi 5.220 ton.
"Salah satu penurunan pendapatan karean dari sisi penjualan kita terkoreksi 66 persen atau sebesar 5.912 ton pada kuartal pertama tahun ini," ujar Abdullah.
Abdullah juga menjelaskan fluktuasi harga logam timah di LME bergerak di rentang harga yang terbatas, dan diramalkan masih akan terus kinclong sampai dengan akhir tahun. Sebagai produsen terbesar timah kedua di dunia, TINS memiliki posisi tawar yang menentukan di pasar timah dunia.
Sebagai informasi, cadangan timah per akhir tahun 2020 tercatat sebesar 282.312 ton yang 94 persen diantaranya berlokasi di offshore, sedangkan sumber daya timah tercatat sebesar 823.420 ton dengan komposisi offshore sebesar 51 persen.