REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mentargetkan sampai 2025 mendatang ada 52 PLTU yang nantinya akan menggunakan biomassa sebagai subtitusi kebutuhan batu bara PLTU.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menjelaskan dari 52 PLTU tersebut saat ini sudah 8 PLTU yang berhasil memakai teknologi co-firing yaitu mengganti 10 persen konsumsi batu bara dengan biomassa. 29 PLTU lainnya masih dalam tahap uji coba.
"Kita sudah jalankan di 8 PLTU dan ini berhasil. Dengan target kita 52 lokasi di 2025, PLN membutuhkan 9 juta ton biomassa per tahun," ujar Zulkifli secara virtual, Jumat (7/5).
Zul mengatakan nantinya sumber dari biomassa tersebut rencananya 8 juta ton berasal dari hutan produksi dimana bisa terdiri dari cangkang sawit, tanaman kalendra yang biasa ditanam di lahan kering dan juga 1 juta ton berasal dari sampang yang dikeringkan lalu dibentuk menjadi pelet.
Ia menilai langkah co-firing ini selain bisa memanfaatkan limbah yang selama ini tertimbun juga bisa menghasilkan PLTU yang lebih ramah lingkungan. Ia mengatakan ada potensi sebesar 41 juta ton biomassa yang bisa diolah di dalam negeri.
"Kita melihat potensi seluruh indonesia dari lahan kering dan belum digunakan baik hutan tanaman industri. Potensinya ada 41 juta ton per tahun. Untuk co-firing untuk full scale itu hanya 20 persennya saja atau 9 juta ton. Tapi ini kan rencana beberapa tahun mendatang, tapi studi mendalamnya hari ini," ujar Zul.
Direktur Megaproyek PLN M Ikhsan Asaad juga menjelaskan untuk jaminan pasokan, PLN sudah bekerjasama dengan Perhutani dan PTPN III untuk menjamin kebutuhan biomassa ini.
"Kita sudah bekerjasama dengan Perhutani dan PTPN III dan juga SangHyang. Kita juga kerjasama UGM untuk memetakan potensi lahan kering di sekitar PLTU. Kita udah dapat petanya, ini sedang berproses untuk bersama sama bangun ekosistem kerakyatan ini. Jadi kita yakin bisa menjamin feed stok ini," tambah Ikhsan.