REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri Komjen Paulus Waterpauw meminta masyarakat Papua tidak terbawa perasaan dengan pelabelan teroris Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) oleh pemerintah. Ia mengatakan, label teroris itu hanya untuk kelompok teror.
"Label teroris bukan untuk masyarakat Papua tapi untuk kelompok pembuat teror," kata Paulus dalam simposium nasional Universitas Indonesia (UI) yang dipantau secara daring, Senin (10/5).
Paulus mengatakan KKB yang dipimpin Lekagak Telenggen di Puncak dan sejumlah kelompok lainnya harus bertanggung atas peristiwa kekerasan yang terjadi belakangan ini. Menurutnya, perbuatan KKB sudah sangat mengerikan.
"Bukan kepada aparat saja, tetapi juga kepada masyarakat sipil lainnya, guru, tenaga kesehatan, tenaga-tenaga pendidikan, dan sebagainya dibantai," ujarnya.
Sebelumnya, Paulus memaparkan peta pergerakan separatisme Papua. Beberapa diantaranya dilakukan oleh diaspora yang ada di berbagai negara, antara lain Oktovianus Mote (Amerika Serikat), Jacob Rumbiak (Australia), Rex Rumakiek (Vanuatu), Leonnie Tanggahma (Belanda), dan Benny Wenda (Inggris) yang juga pimpinan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP).
Selain itu ada juga Agus Kossay, Victor Yeimo yang merupakan aktor penting di Komite Nasional Papua Barat (KNPB). Paulus mengatakan kelompok-kelompok itu berkolaborasi dengan media, gereja, dan badan eksekutif mahasiswa (BEM) di sejumlah kampus, Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), dan KKB.
"KKB ini kita bisa lihat itu struktur organisasinya, dan mereka punya perlengkapan persenjataan yang lain dan sebagainya," kata dia.