REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu waktu, Abu Bakar al-Siddiq pernah dicaci maki oleh seseorang di hadapan Nabi Muhammad SAW. Mula-mula ia diam saja, namun setelah caci maki dirasa keterlaluan, akhirnya dijawab juga olehnya ucapan orang itu.
"Melihat hal tersebut, Nabi pergi," kata Udji Asiyah dalam bukunya Dakwah Cerdas, Ramadhan, Idul Fitri, Walimatu Haji, dan Idul Adha.
Mengetahui Rasulullah beranjak meninggalkannya, Abu Bakar pun tersentak kaget, lalu mengejar Nabi dan bertanya. "Mengapa pergi ya Rasulullah?"
Nabi menjawab pertanyaan Abu Bakar dengan penuh kecewa dan Nabi berkata. "Bila kamu diam atas cacian orang maka malaikat yang akan menjawabnya. Tetapi waktu itu kamu menjawabnya, maka setanlah yang telah melakukannya," kata Rasulullah yang tadinya berharap Abu Bakar tak membalas cacian agar dapat pembelaan Allah melalui malaikat-Nya.
Pada kesempatan itu Nabi melanjutkan tausiyahnya. Kata Nabi ada tiga hal yang sifatnya pasti.
Pertama, orang teraniaya akan dimuliakan oleh Allah. Kedua, yang memberi akan ditambah kepemilikannya oleh Allah. Ketiga, orang yang mencoba meminta untuk memperoleh lebih banyak, maka yang ada padanya akan dikurangi oleh Allah.
Kisah ini, kata Udji Asiyah bisa menjadi teladan bagi seseorang yang menjalankan hari raya Idul Fitri untuk menahan nafsu amarah. Di mana manusia kembali kepadanya dengan membawa rintihan permohonan ampunan dosa ketika kembali kepada ampunan Allah.
"Ampunan Allah sangat luas. Minal aidin wal faizin (semoga kita kembali kepada fitrah dan menang melawan hawa nafsu)," katanya.