REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Meski mengalami tren penurunan, kemungkinan terjadi ledakan kasus Covid 19 di Indonesia tetap terbuka. “Berdasarkan studi epidemiologi, Indonesia menghadapi potensi ledakan kasus Covid-19 setelah Idul Fitri dan hal tersebut sudah pernah terjadi di Indonesia,” tutur Dr Dicky Budiman M.Sc.PH, PhD (cand.), epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health, Griffith University Australia, dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat (14/5).
Untuk mencegah hal tersebut, Dicky menekankan pentingnya memperkuat survailans epidemiologi di masyarakat seperti pengumpulan data deteksi kasus, sistem pelaporan, pengolahan, analisis hingga interpretasi data yang dapat dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan.
Selain itu aspek-aspek umum di layanan kesehatan juga harus diperkuat seperti adanya program jangkauan ke rumah-rumah, penguatan sistem kesehatan (SDM, alat, obat dll), serta menyiapkan mekanisme rujukan serta penguatan survailans genomik di level pusat.
Pemerintah pun telah melakukan berbagai upaya untuk memutus rantai penularan Covid 19. Salah satunya dengan 3T(tracing, testing dan treatment) yang sangat berguna untuk identifikasi awal Covid.
Dokter Indah Susanti yang sering menangani pengetesan swab PCR dan antigen menilai sangat penting untuk memastikan alat tes yang digunakan untuk tes antigen sudah memiliki izin edar dari Kementerian Kesehatan, direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) atau memiliki keakuratan yang ditetapkan pemerintah yaitu memiliki sensitivitas lebih dari 80 persen dan spesifisitas lebih dari 97 persen.
Lebih jauh Indah menceritakan bahwa ia sering menerima keluhan pasien yang merasa tidak nyaman baik ketika proses pengambilan sampel sekresi maupun setelahnya terutama pada anak-anak. Karena proses yang kadang menimbulkan traumatis tersebut, terkadang nakes seperti dirinya harus berada dekat dengan pasien untuk waktu yang lebih lama dan hal tersebut tentu meningkatkan risiko penularan. Maka dari itu nakes harus selalu berhati-hati dan melengkapi dirinya dengan pelindung yang maksimal.
Abbott, perusahaan peralatan medis dan perawatan kesehatan asal Amerika, menjawab kondisi tersebut dengan mengeluarkan produk swab antigen terbaru yaitu Abbott Panbio Antigen Nasal. “Abbott fokus untuk membawa serangkaian alat tes Covid-19 yang andal, cepat, akurat dan nyaman ke Indonesia secepat mungkin untuk membantu mengatasi pandemi ini,” ungkap Sanjeev Johar, Wakil Presiden Divisi Bisnis Diagnostik Cepat Abbott Asia Pasifik.
Penggunaannya juga cenderung mudah. Untuk pengambilan sampel hanya sedalam dua cm dari lubang hidung, sehingga meminimalkan refleks yang mengganggu seperti batuk dan bersin tanpa mengurangi keakuratan hasilnya. Alat ini memiliki sensitivitas 98,1 persen dan spesifitas 99,8 persen.
Alat ini pun dapat digunakan tanpa laboratorium maupun alat instrumen tambahan lain dan mampu mengidentifikasi pasien yang tertular Covid-19 dalam waktu 15 menit sehingga cocok digunakan untuk pengujian dalam skala besar.
Meski begitu, upaya mencegah tentu akan jauh lebih baik seperti langkah mendapatkan vaksinasi. Setiap individu juga harus memiliki prinsip jaga diri, menjaga konsistensi dalam penerapan protokol kesehatan.
Kesimpulannya, melakukan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan membatasi mobilisasi/interaksi) dan 3T masih merupakan cara yang paling efektif untuk menanggulangi pandemi selain menguatkan survailans epidemiologi.