Jumat 14 May 2021 21:21 WIB

FBI Temukan Peretas Operator Pipa Bahan Bakar di AS

Serangan siber operator pipa bahan bakar AS menyebabkan kekurangan bahan bakar.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Gambar yang dibuat dengan drone menunjukkan fasilitas Colonial Pipeline di Baltimore, Maryland, AS, 10 Mei 2021. Serangan dunia maya memaksa penutupan sistem antarnegara bagian yang luas dari Colonial Pipeline, yang membawa bensin dan bahan bakar jet dari Texas ke New York. FBI mengonfirmasi bahwa ransomware Darkside bertanggung jawab atas serangan yang membahayakan perusahaan pipa yang berbasis di Atlanta.
Foto: EPA-EFE/JIM LO SCALZO
Gambar yang dibuat dengan drone menunjukkan fasilitas Colonial Pipeline di Baltimore, Maryland, AS, 10 Mei 2021. Serangan dunia maya memaksa penutupan sistem antarnegara bagian yang luas dari Colonial Pipeline, yang membawa bensin dan bahan bakar jet dari Texas ke New York. FBI mengonfirmasi bahwa ransomware Darkside bertanggung jawab atas serangan yang membahayakan perusahaan pipa yang berbasis di Atlanta.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Biro Investigasi Federal (FBI) dan pakar keamanan siber mengidentifikasi DarkSide sebagai kelompok di balik serangan siber Colonial Pipeline Company. Serangan siber ini memaksa perusahaan untuk menutup operasi, memicu kekurangan bahan bakar di beberapa bagian Amerika Serikat (AS).

Beberapa bukti telah mengaitkan operasi peretasan DarkSide dengan Rusia dan negara-negara Eropa Timur lainnya. Kini, halaman dark web yang dimiliki oleh DarkSide telah tidak aktif.

Baca Juga

Dilansir dari Bloomberg, Jumat (14/5), tidak jelas apakah situs tersebut tidak aktif karena gangguan teknis (yang tidak jarang terjadi di dark web) atau beberapa tindakan oleh penegak hukum.

Diketahui, pekan lalu sistem pipa bahan bakar terbesar di Amerika Serikat (AS) mengalami serangan ransomware. Akibat serangan ini, sistem pipa bahan bakar terbesar milik Colonial Pipeline Company terpaksa menutup seluruh jaringannya.

Ransomware adalah jenis malware yang mengenkripsi data korban. Kelompok terkadang juga mencuri data. Peretas kemudian meminta pembayaran untuk membuka kunci file atau mengembalikan data yang dicuri.

DarkSide mengelola setidaknya delapan domain atau situs web di dark web. Salah satunya adalah situs web publik yang digunakan oleh DarkSide dan para peretas yang disewa untuk memberi nama dan mempermalukan para korban yang telah mengabaikan atau menolak tuntutan tebusan grup. Tujuh situs lainnya digunakan oleh grup untuk menghosting data yang mereka curi.

Empat dari tujuh situs tersebut juga sedang down. Tiga sedang memuat halaman putih kosong.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement