REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Di internet setiap hari selalu beredar berbagai data digital. Data digital kita menjadi semakin penting dalam masyarakat kita. Meski data digital sangat penting saat kita masih hidup, begitu kita meninggal, data ini sebagian besar menjadi tidak berguna. Kecuali, bagi keluarga.
Peneliti komputer Kanada telah menemukan 12 konsep yang memungkinkan pengiriman informasi pribadi ini kepada keluarga dengan bantuan alat inovatif berdasarkan personalisasi dan privasi.
Dilansir dari Malay Mail, Ahad (16/5), sebuah studi baru-baru ini dari University of British Columbia, Kanada mengamati 12 konsep hipotetis murni dari metode yang memungkinkan anak-anak memperoleh warisan digital dari orang tua mereka. Para peneliti mempresentasikan konsep mereka kepada 20 orang (berusia 18 hingga 81 tahun) dan bertanya kepada mereka bagaimana perasaan mereka tentang proposal baru ini.
“The Box of Data”, “Memory Swipe”, “Blast from the Past” dan “Generation Cloud” adalah beberapa alat berbeda yang dikonsepkan yang dapat digunakan untuk memungkinkan almarhum meneruskan data mereka ke generasi berikutnya.
Dengan “The Box of Data”, tujuannya adalah untuk membagikan data. Misalnya, daftar 10 teratas dari lagu-lagu yang paling banyak didengarkan dalam hidup Anda di vinyl atau kartu pos dari 10 tempat yang paling sering Anda kunjungi semasa hidup (berkat data peta di Google).
The Box of Data adalah satu-satunya yang menawarkan konten fisik, sesuatu yang sangat dihargai. Konsep spekulatif ini dinilai sebagai ide positif oleh 13 dari 20 peserta.
Data tidak dapat mewakili keseluruhan individu
“Generation Cloud” memungkinkan Anda menyimpan momen, foto, perjalanan, lagu, informasi penting, silsilah keluarga yang paling Anda hargai dalam semacam Google drive. Dengan begitu, memudahkan untuk meneruskan informasi ini dari satu generasi ke generasi lainnya. Ini adalah konsep yang paling populer (disetujui oleh 15 dari 20 orang).
“Itu konsep yang bagus. Saya sangat menyukai aspek silsilah keluarga dan mengenal keluarga Anda serta generasi sebelumnya, itu sangat menarik bagi saya,” kata salah satu peserta berusia 52 tahun.
Di antara 12 konsep tersebut, salah satu ide, yang tampaknya berasal dari film fiksi ilmiah, ternyata tidak diterima secara positif oleh semua. “Blast from the Past” mengusulkan untuk membuat replika orang yang sudah meninggal yang didukung oleh AI, berdasarkan semua data yang tersedia. Menggunakan headset VR, keturunan mereka kemudian dapat mengobrol dengan mereka.
Ide ini tidak meyakinkan peserta. Hanya lima orang yang memberikan tanggapan positif. Bagi mereka, replika memiliki sesuatu yang menyeramkan.
“Bukan cara itu yang saya inginkan untuk mengingat seseorang,” kata salah satu peserta berusia 57 tahun.
Reaksi ini menunjukkan kepada tim bahwa masyarakat kita belum siap menerima membawa kembali orang yang telah meninggal melalui teknologi sebagai bentuk ingatan yang tepat.
Sebelum wawancara, hanya sedikit peserta yang sudah menyiapkan datanya untuk mengantisipasi kematian. Setelah membahas konsep-konsep tersebut, sebagian besar peserta merasa bahwa menyiapkan data untuk mengantisipasi kematian penting untuk diperhatikan.