Rabu 19 May 2021 14:08 WIB

Dr Fauci Jelaskan Perbedaan Infeksi Covid-19 Usai Vaksinasi

Lebih dari 123 juta orang di AS telah menerima vaksin Covid-19 penuh.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Lebih dari 123 juta orang di AS telah menerima vaksin Covid-19 penuh.
Foto: Antara/Umarul Faruq
Lebih dari 123 juta orang di AS telah menerima vaksin Covid-19 penuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyebut lebih dari 123 juta orang di AS telah menerima vaksin Covid-19 penuh. Artinya, orang-orang menjadi semakin berharap pandemi akan segera berakhir.

Namun, masih ada beberapa hal yang perlu dikhawatirkan terkait virus tersebut, termasuk meningkatnya perhatian pada kasus Covid-19 pada mereka yang telah divaksinasi penuh, yang dalam komunitas medis dikenal sebagai infeksi terobosan.

Baca Juga

Kepala penasihat Covid-19 Gedung Putih, Anthony Fauci menjelaskan perbedaan utama antara orang yang tertular Covid-19 setelah vaksinasi penuh dan orang yang tidak divaksinasi. Fauci ditanyai tentang bagaimana pasien Covid-19 yang divaksinasi penuh tidak mengembangkan gejala-gejala dibandingkan pasien asimtomatik, yang tidak divaksinasi?

“Meskipun ada infeksi terobosan pada orang yang divaksinasi, hampir selalu orang tidak menunjukkan gejala, dan tingkat virus sangat rendah, itu membuatnya sangat tidak mungkin mengambangkan gejala,” kata Fauci dilansir Best Life, Rabu (19/5).

Fauci mencatat tingkat virus yang ditemukan di nasofaring orang yang divaksinasi jauh lebih rendah daripada orang yang tidak divaksinasi dengan virus. Sedangkan orang yang tertular tanpa gejala, yang tidak divaksinasi, umumnya titer atau tingkat virusnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada individu yang divaksinasi.

Itu berarti orang yang divaksinasi dengan virus jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menularkan infeksi daripada orang yang tidak divaksinasi, bahkan jika keduanya tidak memiliki gejala. Menurut data CDC per pertengahan April, orang yang divaksinasi hanya berpeluang 0,008 persen tertular Covid-19. Alasan mengapa semua itu mungkin adalah karena vaksin tidak 100 persen efektif mencegah infeksi, tetapi hampir berhasil mencegah kasus yang parah atau kematian.

Vaksin Moderna dan Pfizer sekitar 95 persen efektif mencegah gejala Covid-19, dan 100 persen manjur melawan penyakit parah dalam uji klinis. Sementara itu, vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson 72 persen efektif mencegah infeksi Covid-19 dan 85 persen efektif mencegah kasus parah.

Fauci menjelaskan vaksin adalah kunci untuk mengakhiri pandemi. “Ketika Anda divaksinasi, Anda tidak hanya melindungi kesehatan sendiri, keluarga, tetapi juga berkontribusi pada kesehatan masyarakat dengan mencegah penyebaran virus,” ujar Fauci.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement