Kamis 20 May 2021 11:20 WIB

Krisis Chip Global Dorong Kenaikan Harga TV

Harga TV diperkirakan naik karena kekurangan chip.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
MI TV LUX OLED Transparent Edition.
Foto: gsm arena
MI TV LUX OLED Transparent Edition.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelangkaan pasokan chip global berdampak pada banyak hal. Salah satunya terhadap harga TV.

Dilansir dari Techspot, Kamis (20/5), bulan lalu, kekurangan chip driver display senilai satu dolar AS menandakan gelombang kenaikan harga untuk semua perangkat yang dilengkapi dengan layar OLED atau LCD. Itu berarti segala sesuatu mulai dari jam tangan pintar dan ponsel hingga tablet, laptop, monitor, peralatan pintar, TV dan sistem infotainment mobil akan menjadi lebih mahal.

Baca Juga

Samsung baru-baru ini memperingatkan kekurangan komponen akan berdampak pada produksi TV. Efeknya sudah terlihat pada kenaikan harga. Model TV yang lebih besar sekarang, rata-rata, 30 persen lebih mahal daripada musim panas lalu.

Peningkatan harga ini terutama disebabkan oleh kekurangan chip. Ada pula peningkatan harga yang disebabkan faktor kenaikan biaya layar panel datar di area yang luas.

Menurut firma riset OMDIA, harga panel TFT telah mengalami kenaikan 50 persen pada 2020. Kekurangan chip driver display saat ini akan berlangsung setidaknya hingga akhir 2021.

Apple harus menunda produksi iPad dan MacBook. Perusahaan semikonduktor Micron telah memperingatkan bahwa harga DRAM akan meningkatkan karena pasokan. Produsen laptop harus menghabiskan stok mereka karena mereka tidak dapat membuat yang baru cukup cepat untuk menutupi permintaan.

Bahkan router pun terpengaruh. Penundaan mencapai 60 pekan antara pesanan baru dan tanggal pemenuhan yang diharapkan. Produsen mobil juga mengalami kekurangan pasokan. Di sisi lain, kekurangan chip ini membuka peluang baru bagi Intel yang dipimpin Pat Gelsinger, yang ingin mulai memproduksi chip untuk kendaraan pada akhir tahun ini.

Menurut perkiraan, kelangkaan chip masih akan berlanjut hingga 2023. Sementara beberapa orang yang optimistis di industri memperkirakan krisis ini akan membaik pada 2022. Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden turun tangan mencoba dan mengatasi ini. Raksasa teknologi telah menciptakan koalisi untuk membantu mengamankan pendanaan yang diperlukan pabrik chip domestik dan pusat penelitian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement