REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 42 rumah dalam kondisi rusak berat dan tidak layak huni di wilayah Kampung Melayu, Jakarta Timur, saat ini telah dibangun melalui Program Bedah Rumah Baznas (Bazis) DKI Jakarta. 18 rumah dibedah dan 24 rumah dilakukan bedah tampak muka (fasad). Program bedah rumah ini merupakan program tahunan Baznas (Bazis) DKI dan terdapat ratusan rumah dibedah setiap tahunnya.
Saat Suharto Amjad, Wakil Ketua II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS BAZIS DKI menjelaskan bahwa inovasi program bedah rumah yang dilaksanakan oleh Baznas (Bazis) DKI Jakarta menggunakan konsep bedah Kawasan. Ada 18 rumah dibedah dan 24 rumah bedah tampak dibangun dengan konsep bedah kawasan sebagai program tahunan bedah rumah Baznas (Bazis) DKI, dengan harapan masyarakat memperoleh rumah dan kawasan yang lebih layak huni, yaitu kampung yang sehat, kampung berdaya, kampung beriman, dan kampung tanggap bencana.
Konsep rumah dibangun dengan bentuk kampung vertikal. Desain dan model rumah juga dibangun berbentuk rumah panggung dan difasilitasi dengan jalur evakuasi (evacuation route) untuk kesiapan merespon bencana, semisal banjir atau bencana lainnya. Dengan konsep ini, kawasan tersebut diharapkan lebih tangguh terhadap bencana.
Saat Suharto Amjad, juga menjelaskan bahwa penataan kampung tangguh bencana menggunakan konsep dasar Kampung Regeneration. Penataan tersebut dimulai dari identifikasi kerawanan dan cara untuk meminimalisirnya. "Penataan kampung ini menggunakan konsep dasar Kampung Regeneration dimana kita mulai identifikasi: apakah kerawanan/kerentanan kampung yang bisa kita minimalisir/kurangi? Kemudian, apakah bisa meningkatkan potensi kekuatan kampung? Nah, kerentanan utama dari banjir diatasi dengan konsep rumah panggung, kohesivitas sosial diatasi dengan konsep ruang sosial. Sedangkan potensi masyarakat di kampung tersebut difasilitasi melalui ruang-ruang pengembangan ekonomi masyarakat,” jelas Saat Soeharto kepada redaksi (20/05/2021).
“Program bedah kawasan ini merupakan respon atas problem masyarakat DKI, yang ingin menghadirkan kampung yang memiliki ruang sosial, ruang ekonomi, dan tangguh terhadap bencana. "Melalui inovasi program bedah rumah Baznas (Bazis) DKI ini, diharapkan pembangunan tersebut memiliki nilai manfaat yang lebih luas bagi masyarakat,” tambah Saat Soeharto.
Merujuk pada konsep, kampung tangguh bencana setidaknya menyediakan tiga ruang atau zona bagi masyarakat, yaitu zona pendidikan, zona bermain dan zona ekonomi. Dengan konsep tersebut, kawasan diharapkan lebih layak huni bagi warga.
Di setiap sudut jalan kampung, juga akan dihiasi dengan street art untuk memperindah kampung. Selain itu juga disediakan green corridor dengan memanfaatkan gang-gang rumah menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH). Di kawasan kampung akan diterapkan zero waste melalui penyediaan pembuangan sampah pengelolaan sampah komunal. Selain itu juga dibangun sumur serapan di dalam kawasan.
Sementara itu, A. Sholih, Kepala Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS BAZIS DKI menambahkan bahwa program bedah kawasan merupakan inovasi dari program bedah rumah. Melalui bedah kawasan, manfaat yang dirasakan tidak lagi hanya didapat satu orang, tetapi bisa menyebar menjadi satu kawasan. "Masyarakat dalam kawasan dapat menikmati ruang terbuka hijau, terbangun interaksi sosial, terdapat fasilitas umum, ruang belajar bersama dan manfaat lainnya,” jelas A Sholih.
“Program bedah kawasan merupakan kolaborasi antara Baznas (Bazis) DKI dengan Pemerintah Kota Jakarta Timur dan Karya Bakti TNI. Ini merupakan program optimalisasi penyaluran dana ZIS Baznas (Bazis) DKI kepada para mustahiq. penyaluran ke mustahiq ini, penentuannya dilakukan melalui prosedur dan assessment, yang juga pelibatan para stakeholder. Jadi, warga di 18 rumah kondisi rusak berat dan 24 rumah tidak layak huni di Kampung Melayu tersebut termasuk dalam kategori had kifayah atau layak sebagai mustahiq," demikian dijelaskan A. Sholih
Mengenai konsep rumah yang dibangun, A. Sholih menyampaikan bahwa hal itu sudah dimusyawarahkan bersama warga penerima manfaat. Warga menginginkan rumah yang dibangun bisa mengurangi resiko banjir.
"Kita dialog sama mereka bagaimana untuk bangunan rumahnya. Keinginan mereka bangunan rumahnya ke atas, yang kalo ada banjir minimal bisa mengurangi resiko banjir, sedangkan kita memberi syarat bangunan itu bisa untuk interaksi sosial," jelas A. Sholih.
Ahmad Aminuddin, mantan Koordinator Wilayah Baznas (Bazis) Jakarta Timur, juga menamabahkan bahwa program bedah rumah merupakan program tahunan Baznas (Bazis) DKI. Di Jakarta Timur sendiri terdapat kuota bedah rumah setiap tahunnya. Model bedah kawasan juga pernah dilakukan di tahun 2019 di wilayah Kramat Jati. Di kawasan itu, ada tujuh rumah yang roboh akibat banjir. Sehingga melalui program ini dibangunkan rumah.
"Hanya saja bentuk dan konsepnya memang berbeda dengan di Kampung Melayu (rumah tangguh bencana),” kata Ahmad Aminudidn saat dijumpai di kantor Baznas (Bazis) DKI Jakarta.
“Bedah kawasan Kampung Melayu merupakan program hasil dari usulan melalui RT/RW, kelurahan, Kecamatan, dan pemerintah kota kepada Baznas (Bazis) Jakarta Timur. Selanjutnya, usulan tersebut diteruskan ke Baznas (Bazis) Provinsi DKI Jakarta. Selain Kampung Melayu, terdapat juga usulan di wilayah lain seperti Pulomas, Rawabunga, Rawamangun, Kayu Putih dan Kampung Melayu. Setelah dilakukan proses assessment terhadap kelengkapan dokumen, lagal formal, kondisi lapangan dan kriteria mustahiq, kawasan Kampung Melayu yang termasuk kategori layak sebagai mustahiq penyaluran dana ZIS Baznas (Bazis) DKI,” jelas Ahmad Aminuddin.
Berdasarkan pantauan di lokasi, saat ini rumah bedah kawasan telah selesai dibangun. Hanya saja, masih dalam proses akhir yaitu pembengunan sumur resapan dan pembangunan fasilitas penunjang lainnya seperti jalan, ruang bermain anak, ruang kegiatan ekonomi untuk di lantai dasar.