Senin 24 May 2021 14:29 WIB

Rektor IPB: Sektor Pertanian Tumbuh Positif

Sektor pertanian kali ini lagi-lagi menjadi penyelamat perkonomian nasional.

Mentan Syahrul Yasin Limpo (ilustrasi). Kinerja pertanian di masa pandemi naik signifikan di saat sektor yang lain justru mengalami penurunan.
Foto: Kementan
Mentan Syahrul Yasin Limpo (ilustrasi). Kinerja pertanian di masa pandemi naik signifikan di saat sektor yang lain justru mengalami penurunan.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kinerja pertanian di masa pandemi naik signifikan di saat sektor yang lain justru mengalami penurunan. Hal ini disampaikan oleh Rektor IPB Arif Satria saat menghadiri evaluasi capaian makro sektor pertanian di Bogor, Jumat (21/5). Arif menyebut sektor pertanian kali ini lagi-lagi menjadi penyelamat perkonomian nasional.

"Dan jika dihitung, subsektor tanaman pangan adalah yang tumbuhnya tertinggi," sebut Arif, dalam siaran pers, Senin (24/5).

Baca Juga

Berdasarkan data BPS, sebesar 64,56 persen PDB Triwulan-I 2021 berasal dari sektor industri pengolahan, pertanian, perdagangan, konstruksi dan pertambangan. Di antara sektor yang berkontribusi pada PDB triwulan-I 2021 di atas, hanya sektor pertanian yang mengalami pertumbuhan positif, menduduki posisi ke-4 setelah infokom, pengadaan air dan jasa kesehatan. Pertumbuhan sub sektor tanaman pangan terhadap PDB pertanian meningkat tajam, dari 10,29 persen pada tahun 2020 menjadi 10,32 persen pada tahun 2021 (Q1). Angka ini lebih tinggi dibandingkan subsektor lainnya.

Kemudian Arif menyoroti dari sisi stok beras. Bahwa stok beras sampai Juli akan ada sekitar 4,04 juta ton beras. Angka ini menurutnya cukup aman jika dilihat dari penetapan batas stok FAO sebesar 20 persen dari total produksi.

Perhitungannya, surplus beras (produksi-konsumsi) pada bulan Januari-April 2021 (sebesar 4,26 juta ton beras) relative tinggi dibanding Januari-April 2020 (1,75 juta ton beras) dan Januari-April 2019 (4,12 juta ton beras). Perkiraan sampai dengan bulan Juli 2021 akan ada surplus sebesar 4,04 juta ton beras.

Menurut Arif,  angka surplus 4,04 juta ton beras ini melebihi rekomendasi FAO AMIS (Agricultural Market Information System) yang menjadi acuan perhitungan stok komoditas beras Indonesia. “FAO merekomendasikan standar minimum stok beras adalah sebesar 18-20 persen. Jadi asumsinya 20 persen dari 17,17 juta ton beras ketemu angka 3,43 juta ton beras. Hasilnya ternyata surplus kita bisa melebihi rekomendasi,” sebut Arif.

Menambahkan apa yang disampaikan Rektor IPB, Widyastuti Dosen IPB memaparkan bahwa sub sektor tanaman pangan  memang memiliki pertumbuhan relatif lebih tinggi dibandingkan sub sektor lainnya. “Ini menunjukkan respon positif Kementerian Pertanian dalam menjaga ketahanan pangan pada saat pandemi Covid-19,” ujarnya.

Kemudian menilik harga beras, penurunan harga produsen gabah diikuti oleh penurunan harga produsen beras per April 2021. Harga beras nasional  mengalami penurunan yang mengindikasikan terjadinya excess supply beras di pasar. Berdasarkan data BPS (2021), bulan April 2021 harga gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) sebesar 1,85 persen menjadi Rp 4.398 per kilogram (kg) dan 6,31 persen menjadi Rp 4.994 per kg di tingkat penggilingan. Namun demikian harga ini masih di atas HPP.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement