REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menuduh Maroko gagal melindungi perbatasannya. Hal ini disampaikan setelah ribuan imigran menyeberang dari Afrika Utara ke permukiman Ceuta dan Melilla di Spanyol pekan lalu.
"Tetangga (Maroko) harus mengendalikan perbatasan mereka dengan baik dan hal ini tidak akan terjadi, kami berbicara mengenai kota-kota Spanyol, perbatasan Eropa dan hal ini harus dihormati," kata Sanchez, Selasa (25/5).
Pernyataan ini disampaikan beberapa hari usai krisis diplomatik terbesar antara Spanyol dan Maroko dalam beberapa dekade terakhir ketika ribuan imigran berenang atau mencoba mencapai perbatasan yang memisahkan Ceuta dan Melilla dari Maroko.
Meski memberikan pernyataan cukup keras, tetapi Sanchez tetap menekankan pentingnya hubungan baik antara Maroko dan Spanyol. "Maroko tidak boleh melupakan satu hal yang fundamental, di Uni Eropa tidak ada mitra yang lebih baik daripada Spanyol dalam mempertahankan kepentingan strategis krusial Maroko dan yang sangat diperlukan Uni Eropa," kata Sanchez pada wartawan usia rapat Dewan Eropa.
Krisis ini berawal 10 hari yang lalu ketika Maroko marah setelah Spanyol menyambut pemimpin kemerdekaan Sahara Barat Brahim Gali. Melonggarnya kendali Maroko pada perbatasan dengan Cueta dan Melilla memicu krisis kemanusiaan.
Spanyol sudah mengirim pulang sebagian besar dari 8.500 imigran ke Maroko. Namun sekitar 800 anak-anak tanpa pendamping tetap berada di Ceuta sehingga memicu kebingungan logistik dan etik pihak berwenang setempat.