REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gua batu kapur dan bebatuan di pulau Sulawesi selatan menyimpan jejak seni dan dongeng manusia tertua. Karya seni itu telag berusia lebih dari 40 ribu tahun.
Lukisan menghiasi dinding setidaknya 300 situs di perbukitan karst Maros-Pangkep. Namun, para arkeolog mengatakan seni tertua umat manusia itu terancam hancur di depan mata.
“Kami mencatat hilangnya serpihan seukuran tangan dengan cepat dari panel seni kuno ini dalam satu musim (kurang dari lima bulan),” kata arkeolog dari departemen warisan budaya Makassar, Rustan Lebe dilansir Architectural Digest, Rabu (26/5).
Siapa pelakunya? Pelakunya adalah garam. Air dengan kandungan mineral dari batuan dasar setempat mengalir melalui gue batu kapur. Di permukaan batu kapur, mineral itu teroksidasi menjadi kerak berbatu yang mengeras.
Air yang mengalir itu mengendap mineral di ruang hampa di bawah kerak luar yang termineralisasi, dan sebagian dari mineral tersebut mengkristal menjadi garam mineral.
Saat kristal-kristal itu terbentuk, tumbuh, dan menyusut, mereka mendorong lapisan luar batu kapur yang termineralisasi. Akhirnya, kanvas berbatu tempat orang pertama kali menggambar dunia mereka 40 ribu tahun yang lalu hancur menjadi serpihan seukuran tangan.
Untuk memastikan garam adalah penyebabnya, arkeolog Griffith University Jillian Huntley dan rekan-rekannya mengumpulkan serpihan dari dinding dan langit-langit 11 gua di daerah tersebut. Mereka menemukan garam mineral seperti halit dan kalsium sulfat di sisi belakang serpihan dari tiga situs. Ke-11 situs tersebut menunjukkan tingkat belerang tinggi, yang merupakan bahan utama dalam banyak garam perusak.
Eksfoliasi bukanlah proses baru. Namun, para arkeolog dan penjaga situs di Maros-Pangkep mengatakan mereka menyaksikan proses yang semakin cepat selama beberapa dekade terakhir.