Kamis 03 Jun 2021 17:00 WIB

NASA akan Kirim 100 Bayi Cumi-Cumi ke Stasiun Luar Angkasa

Cumi-cumi akan dibekukan sebelum kembali ke Bumi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Stasiun Luar Angkasa (Ilustrasi)
Foto: AP
Stasiun Luar Angkasa (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA -- Lebih dari 100 bayi cumi-cumi dan 5.000 hewan mikroskopis akan diluncurkan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada Kamis (3/6). Makhluk-makhluk itu, bersama dengan peralatan lain untuk eksperimen, akan menuju ke ISS dengan menggunakan roket Falcon 9 milik Space X.

Eksperimen tersebut diharapkan dapat membantu para ilmuwan memahami efek penerbangan luar angkasa. Peluncuran  disiarkan langsung oleh NASA.

Baca Juga

Sebanyak 128 bayi cumi-cumi bobtail akan digunakan sebagai bagian dari penelitian tentang efek penerbangan luar angkasa pada interaksi yang menguntungkan antara mikroba dan hewan.

Cumi-cumi memiliki sistem kekebalan yang mirip dengan manusia. NASA mengatakan percobaan itu dapat mendukung pengembangan langkah-langkah perlindungan untuk menjaga kesehatan astronot selama misi luar angkasa yang panjang.

"Hewan, termasuk manusia, bergantung pada mikroba kita untuk menjaga pencernaan dan sistem kekebalan yang sehat. Kami tidak sepenuhnya memahami bagaimana penerbangan luar angkasa mengubah interaksi yang menguntungkan ini," kata Jamie Foster, peneliti utama eksperimen tersebut, dilansir di BBC, Kamis (3/6).

Dia menambahkan bahwa cumi-cumi akan mampu mengatasi masalah penting dalam kesehatan hewan. Cumi-cumi akan dibekukan sebelum kembali ke Bumi. Cumi-cumi juga bergabung di roket Space X dengan 5.000 tardigrades, lebih sering disebut sebagai beruang air. 

Hewan mikroskopis dapat mentolerir lingkungan yang lebih ekstrim daripada kebanyakan bentuk kehidupan. Ini membuat mereka sempurna untuk mempelajari bagaimana kehidupan merespons dan beradaptasi dengan lingkungan yang ekstrem.

Informasi ini diharapkan dapat digunakan untuk memahami faktor-faktor stres yang mempengaruhi manusia di luar angkasa.

"Salah satu hal yang sangat ingin kami lakukan adalah memahami bagaimana tardigrades bertahan hidup dan bereproduksi di lingkungan ini dan apakah kami dapat mempelajari sesuatu tentang trik yang mereka gunakan dan mengadaptasinya untuk melindungi astronot," kata Thomas Boothby, peneliti utama eksperimen tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement