REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Umar bin Khattab menetapkan penentuan khalifah penggantinya di bawah majelis syura yang beranggotakan enam orang. Di antaranya, Utsman bin Affan, Ali bin Abi thalib, Thalhah bin Ubaidullah, az Zubair bin al Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Saad bin Abu Waqqash.
Dilansir dari laman Youm7 pada Kamis (3/6), dalam Al Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir djelaskan bahwa Umar merasa berat untuk memilih salah seorang di antara mereka.
Beliau berkata, "Aku tidak sanggup untuk bertanggung jawab tentang perkara ini baik ketika aku hidup maupun setelah aku mati. Jika Allah menghendaki kebaikan terhadap kalian, Dia akan membuat kalian bersepakat untuk menunjuk seorang yang terbaik di antara kalian sebagaimana telah membuat kalian sepakat atas penunjukan orang yang terbaik setelah Nabi kalian ﷺ".
Di antara yang menunjukkan kesempurnaan kewaraan beliau, beliau tidak memasukkan dalam anggota majelis syura tersebut Said bin Zaid bin Amr bin Nufail karena dia adalah anak paman beliau.
Beliau khawatir dia akan diangkat karena posisinya sebagai anak paman beliau, dan dia adalah salah seorang yang diberitakan masuk surga, bahkan pada riwayat al Madainy dari para Syaikhnya bahwa dia (Said bin Zaid) mendapat pengecualian di antara mereka, Umar katakan, "Kamu tidak termasuk anggota majelis syura." Umar berkata kepada anggota majelis syura, "Apakah Abdullah (anak beliau) ikut hadir? Dia tidak termasuk dalam keanggotaan majelis ini."
Bahkan, beliau memberikan pendapat dan nasihat kepada anggota tersebut agar dia (Abdullah) jangan diberi jabatan tersebut. Beliau juga mewasiatkan agar Shuhaib bin Sinan ar Rumy mengimami sholat selama tiga hari sampai musyawarah itu tuntas dan majelis syura mempunyai kesepakatan atas urusan tersebut.
Mereka bermusyawarah membicarakan tentang urusan ini hingga akhirnya hanya terpilih tiga kandidat. Zubair menyerahkan jabatan khalifah tersebut kepada Ali bin Abi Thalib, Saad kepada Abdur Rahman bin Auf, dan Thalhah kepada Utsman bin Affan.
Abdurrahman bin Auf berkata kepada Ali dan Utsman, "Sesungguhnya aku melepaskan hakku untuk salah seorang di antara kalian berdua yang berlepas diri dari perkara ini, Allah sebagai pengawasnva. Sungguh akan diangkat sebagai khalifah salah seorang yang terbaik di antara dua orang yang tersisa."
Ucapan ini membuat Utsman dan Ali terdiam. Kemudian Abdurrahman melanjutkan, "Aku akan berusaha untuk menyerahkan jabatan tersebut kepada salah seorang di antara kalian berdua dengan cara yang benar." Mereka berdua berkata, "Ya."
Kemudian masing-masing mereka memberikan khutbahnya yang menyebutkan tentang keistimewaannya dan berjanji jika mendapat jabatan tersebut tidak akan menyimpang dan jika ternyata tidak, maka dia akan mendengar dan mentaati orang yang diangkat. Mereka berdua menjawab, "Ya." Lantas mereka pun bubar.
Abdurrahman berusaha selama tiga hari tiga malam tidak tidur dan hanya melakukan sholat, doa, dan istikharah serta bertanya-tanya kepada mereka yang mempunyai pendapat tentang dua kandidat ini, dan tidak dijumpai seorang pun yang tidak condong kepada Utsman.
Ketika tiba pagi hari yang keempat setelah wafatnya Umar bin Khattab, Abdurrahman mendatangi rumah kemenakannya, al Miswar bin Makhramah dan berkata, "Apakah engkau tidur ya Miswar? Demi Allah aku sangat sedikit tidur sejak tiga hari yang lalu. Pergilah untuk memanggil Ali dan Utsman!" Al Miswar berkata, "Siapa yang pertama harus kupanggil?" beliau berkata, "Terserah padamu." Maka aku pun pergi menemui Ali dan aku katakan, "Pamanku tadi memanggilmu," Ali bertanya, "Apakah dia juga memanggil yang lain selainku?" jawabku, "Benar"