REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mohammad Damami Zain, Dosen Tetap UIN Suka Yogyakarta
JAKARTA -- Sifat pasangan Al-Mu’izz (yang Maha Memuliakan) adalah Al-Mudzill (yang Maha Menghinakan). Keduanya adalah dari sekian banyak asma Allah SWT yang mulia (asma’ al-husna). Pemasangan dua sifat yang berlawanan ini untuk menunjukkan Kemahakuasaan dan Kemahapenentuan Allah SWT yang tiada tandingnya.
Kata Al-Mudzill dari kata dzalla-yadzillu-dzillatan, yang artinya rendah, hina. Menurut Imam ar-Ragib al-Asfahany, adz-adzillu berarti kondisi kalah, tunduk.
Artinya, bisa saja terjadi kekalahan dan ketundukannya tersebut tersebab tekanan kesukaran atau mungkin karena memang karena tidak ada kekuasaan/kekuatan untuk mampu menolaknya. Jadi Al-Mudzill bisa diartikan, Allah SWT berkuasa untuk meletakkan makhluk-Nya menjadi rendah dan hina karena memang Allah SWT Tak Terkalahkan dan Tak Tertundukkan. Mau tak mau manusia selaku makhluk-Nya harus menrimanya atas kenyataan itu.
Dalam Alquran, Al-Mudzill dikaitkan dengan dua hal. Pertama, berkaitan dengan kehidupan di dunia yang fana ini.
Di sini dibagi lagi menjadi dua hal, yaitu yang pertama, menyangkut masalah kekuasaan. Bahwa kekuasaan adalah konsep yang sangat disadarai oleh umat manusia, kapan saja dan di mana saja.
Karena apa yang disebut kekuasaan itu adalah konsep, maka kekuasaan itu abstrak tetapi ada dan mau tak mau secara jujur umat manusia mengakuinya. Barangsiapa yang kebetulan memiliki atau diberi kekuasaan, maka orang lain yang tidak memiliki atau tidak mampu memilikinya, dia akan tunduk dan mengakui kalah di depan pemiik kekuasaan tersebut. karena itu, kekuasaan di mata manusia menjadi bernilai.