REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menggugurkan kandungan tidak dianjurkan dalam Islam. Namun, bagaimana seseorang yang ingin menggugurkan kandungan akibat pemerkosaan?
Permasalahan mengenai masalah keluarga berencana sering dikemukakan oleh ulama fikih. Dalam buku Fiqh Perempuan oleh KH Husein Muhammad, berdasarkan kesepakatan ulama fikih, pengguguran kandungan di atas usia empat bulan atau 120 hari diharamkan.
Sebab, pada usia tersebut, janin telah menjadi makhluk hidup. Sedangkan, membunuh manusia dalam kondisi apa pun hukumnya haram, meskipun kondisi tersebut membahayakan sang ibu.
Mereka berpijak dalam firman Allah surat al-Isra’ ayat 33:
وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّۗ
Wa lā taqtulun-nafsallatī ḥarramallāhu illā bil-ḥaqq.
“…Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya, kecuali dengan kebenaran (haq)…”
Sementara itu, pengguguran di bawah usia empat bulan menjadi perdebatan para ahli fikih. Al-Ghazali dari mahzab Syafii melarang pengguguran dalam semua tahap pertumbuhan janin. Selain al-Ghazali, ar-Ramli menganggap pengguguran boleh dilakukan dengan tingkatan yang berbeda, tergantung jauh dekatnya usia janin.
Pendapat mahzab lain pun beragam. Mengenai pengguguran yang diakibatkan oleh hamil zina, sejumlah ulama mazhab Syafi'i membolehkan.