REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan infrastruktur kereta api ringan (LRT) terus dikebut. Targetnya, LRT sudah bisa diuji coba pada April 2022 dan beroperasi penuh pada Juni 2022. Dari 31 rangkaian LRT yang nantinya akan melayani rute Dukuh Atas-Cawang, Cawang-Cibubur, dan Cawang-Bekasi Timur, sudah 26 rangkaian yang rampung diproduksi.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan jalur LRT Jabodebek mencakup 44 km dengan 18 titik pemberhentian. Proyek ini dikerjakan oleh konsorsium yang terdiri dari PT KAI, PT LEN, PT INKA, dan PT Adhi Karya.
"Kita masih punya waktu satu tahun lagi utk mengintegrasikannya sehingga faktor keselamatan menjadi satu hal yang penting. Kebaikan yang lain adalah tidak semua ini merupakan uang pemerintah," kata Budi usai mendampingi Presiden Jokowi menjajal LRT dari Cibubur ke TMII, Rabu (9/6).
Untuk menyelesaikan seluruh proyek LRT ini, PT KAI mendapat penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 7,6 triliun dan sisanya, pendanaan dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) sebesar Rp 20 triliun.
"Nah skema KPBU ini menjadi suatu bentuk skema yang menjadi model di berbagai kota yang lain. Bayangkan bahwa kereta api dengan headway (waktu jeda antarkereta) setiap 3 menit. Setiap 3 menit ada kereta api dan bisa mengangkut 580 ribu orang satu hari," kata Budi.
Budi bahkan menargetkan moda transportasi LRT ini bisa mencatatkan headway per 2 menit sehingga jumlah penumpang yang diangkut mencapai 800.000 orang sehari.
"Bayangkan kalau LRT ini ada yang ke barat, ada yang ke selatan maka angkutan massal itu menjadi suatu hal yang penting," katanya.
Progres pembangunan infrastruktur kereta api ringan (LRT) yang sampai Juni 2021 ini menyentuh 84,7 persen. Seluruh rangkaian kereta dan jalurnya pun dikerjakan dengan 100 persen sumber daya lokal, yakni tubuh LRT oleh PT INKA dan jalur LRT dibangun oleh PT Adhi Karya Tbk.