Selasa 15 Jun 2021 11:29 WIB

Astronom Temukan Objek Berputar Terbesar di Alam Semesta

Objek berputar ini begitu luas sehingga seluruh galaksi hanyalah setitik debu.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Alam semesta (ilustrasi).
Foto: www.kaheel7.com
Alam semesta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menemukan sulur galaksi hingga ratusan juta tahun cahaya. Sulur galaksi ini mungkin merupakan objek berputar terbesar di alam semesta. 

Anggota studi sekaligus ahli kosmologi di Institut Leibniz untuk Astrofisika Potsdam di Jerman, Noam Libeskind, mengatakan benda langit sering berputar, dari planet ke bintang hingga galaksi. Namun, menurutnya gugusan galaksi raksasa sering berputar sangat lambat, jika memang ada. Begitu banyak peneliti berpikir di situlah putaran mungkin berakhir pada skala kosmik.

Baca Juga

Namun dalam penelitian terbaru, Libeskind dan rekan-rekannya menemukan bahwa filamen kosmik, atau tabung raksasa yang terbuat dari galaksi, tampaknya berputar. 

"Ada struktur yang begitu luas sehingga seluruh galaksi hanyalah setitik debu," kata Libeskind dilansir dari Space pada Selasa (15/6).

"Filamen besar ini jauh, jauh lebih besar daripada cluster," lanjut Libeskind.

Penelitian sebelumnya menunjukkan setelah alam semesta lahir pada Big Bang sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu. Sebagian besar gas yang menyusun sebagian besar materi kosmos yang diketahui runtuh membentuk lembaran kolosal. Lembaran-lembaran ini kemudian pecah untuk membentuk filamen jaring kosmik yang luas. 

Menggunakan data dari Sloan Digital Sky Survey, para ilmuwan memeriksa lebih dari 17.000 filamen. Ilmuwan menganalisis kecepatan galaksi yang membentuk tabung raksasa ini bergerak di dalam setiap sulur. Para peneliti menemukan cara galaksi-galaksi ini bergerak menunjukkan mereka berputar di sekitar poros tengah setiap filamen. 

Para peneliti tercepat melihat galaksi berputar di sekitar pusat berongga sulur ini adalah sekitar 223.700 mph (360.000 kph). 

"Pertanyaan besarnya adalah, Mengapa mereka berputar?" kata Libeskind. 

Libeskind menekankan Big Bang tidak akan memberi alam semesta putaran primordial apa pun. Dengan demikian, apa pun yang menyebabkan filamen ini berputar pasti berasal dari sejarah di kemudian hari saat struktur terbentuk. 

Libeskind menyampaikan penjelasan yang mungkin untuk rotasi ini adalah karena medan gravitasi yang kuat dari filamen ini menarik gas, debu, dan material lain di dalamnya untuk runtuh bersama. Gaya geser yang dihasilkan mungkin telah memutar material ini. 

"Namun, saat ini kami tidak begitu yakin apa yang dapat menyebabkan torsi pada skala ini," ucap Libeskind. 

Para ilmuwan sekarang berusaha memahami asal usul putaran filamen melalui simulasi komputer tentang bagaimana materi berperilaku pada fenomena kosmologis terbesar. Para peneliti merinci temuan mereka secara online 14 Juni di jurnal Nature Astronomy.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement