REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah terus mempromosikan protokol kesehatan kepada masyarakat. Satgas Penanganan Covid-19 pun, tak ada hentinya mengingatkan bahwa upaya preventif secara kolektif adalah satu-satunya cara untuk meredam lonjakan kasus saat ini.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, dengan bersama-sama melakukan pencegahan secara kolektif, maka setiap orang punya peranan penting memutus mata rantai penularan.
Wiku pun menarik waktu mundur ke belakang, pada Maret 2020 lalu atau saat awal pandemi melanda Indonesia. Saat itu, ujar Wiku, tren kenaikan kasus terjadi karena belum terbentuknya kekompakan masyarakat dalam menjalankan upaya pencegahan. Apalagi, saat itu Covid-19 merupakan penyakit baru dan pengetahuan terkaitnya masih sangat minim.
"Hal ini akhirnya berimbas pada kenaikan kasus positif dan menipisnya kapasitas pelayanan kesehatan," kata Wiku dalam siaran pers, Kamis (17/6) malam.
Wiku lantas mengutip hasil studi Matraj dan Leung (2020) yang menyatakan bahwa semakin dini intervensi pencegahan, maka semakin berdampak melandainya kurva kasus dan menguatnya kapasitas sistem kesehatan. Alasannya, imbuhnya, upaya pencegahan penyakit menular seperti COVID-19 bersifat multipilikatif.
"Makanya, dari setiap 1 kasus dicegah, berperan besar menekan meluasnya penularan," katanya.
Ia menyebutkan bahwa upaya preventif ialah terutama melakukan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) secara disiplin. Kemudian, memasifkan 3T (testing, tracing dan treatment), menjauhi kerumunan, menunda perjalanan tidak mendesak, memasifkan vaksinasi khususnya pada populasi berisiko, dan memperbaiki manajemen pelayanan kesehatan serta sistem kerja tenaga kesehatannya.
"Namun perlu dimengerti bahwa upaya pencegahan yang baik harus terus dilakukan secara konsisten. Karena selama masa pandemi belum berakhir, peluang penularan masih ada. Seperti yang terjadi pasca periode libur panjang yang menimbulkan kenaikan kasus," kata Wiku.