Ahad 20 Jun 2021 06:33 WIB

Riset Nielsen: Masyarakat Lebih Pilih Menabung Saat Pandemi

Keadaan ekonomi tak menentu membuat masyarakat lebih memilih menabung.

Rep: Novita Intan/ Red: Nora Azizah
Keadaan ekonomi tak menentu membuat masyarakat lebih memilih menabung.
Foto: www.freepik.com
Keadaan ekonomi tak menentu membuat masyarakat lebih memilih menabung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Lembaga riset konsumen, Nielsen Indonesia mengungkapkan masyarakat cenderung untuk menabung dan investasi selama pandemi Covid-19. Adapun keadaan yang tidak menentu membuat konsumen lebih memilih untuk menyisihkan uang mereka.

Direktur Eksekutif Media Nielsen Indonesia Hellen Katherina mengatakan berdasarkan survei Nielsen Indonesia kepada 345 responden, sebanyak 79 persen responden atau sekitar 272 orang mengaku akan memprioritaskan menabung.

Baca Juga

"Menabung menjadi prioritas saya saat ini, ada 79 persen yang setuju dengan statement ini karena mungkin dalam kondisi yang serba tidak menentu konsumen lebih memilih untuk tidak membelanjakan uangnya, seperti sebelum masa pandemi," ujarnya dalam keterangan resmi seperti dikutip Ahad (20/6).

Kemudian sebanyak 53 persen responden atau sekitar orang 182 orang menilai pandemi merupakan saat yang tepat untuk berinvestasi. Berdasarkan riset, responden yang memprioritaskan menabung dan berinvestasi mayoritas berada rentang usia 20 tahun hingga 39 tahun.

"Statement yang kami tes adalah dalam kondisi pandemi ini menjadi saat yang tepat untuk investasi ternyata cukup tinggi jumlah responden yang setuju ada 53 persen," ucapnya.

Survei ini digelar pada 14-21 April 2021 pada 11 kota di Indonesia. Pertanyaan disampaikan secara daring sebanyak 52 persen responden merupakan pria dan 48 persen wanita.

Berdasarkan demografi, mayoritas responden atau 36,4 persen berusia lebih dari 40 tahun. Lalu, 34,5 persen responden berusia 30-39 tahun dan sisanya 29,1 persen berusia 20-29 tahun.

Kecenderungan itu, lanjutnya, dimanfaatkan oleh pelaku industri keuangan untuk menggaet nasabah baru. Caranya, dengan menaikkan belanja iklan mereka.

Data Nielsen Indonesia mengungkapkan belanja iklan jasa keuangan naik drastis 88 persen dari kuartal satu 2020 senilai Rp 779 miliar menjadi Rp 1,46 triliun pada kuartal empat 2020.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement