Senin 21 Jun 2021 18:41 WIB

Astronom Buat Peta Seribu Tempat Pembentukan Bintang

Bintang dapat membutuhkan waktu puluhan juta tahun untuk terbentuk.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Para astronom di proyek Physics at High Angular Resolution in Nearby Galaxies (PHANGS) memetakan lebih dari 100 ribu tempat pembentukan bintang.
Foto: ALMA
Para astronom di proyek Physics at High Angular Resolution in Nearby Galaxies (PHANGS) memetakan lebih dari 100 ribu tempat pembentukan bintang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para astronom di proyek Physics at High Angular Resolution in Nearby Galaxies (PHANGS) memetakan lebih dari 100 ribu tempat pembentukan bintang. Tempat pembentukan bintang ini terletak di 90 galaksi. Ilmuwan menemukan bahwa masing-masing jauh lebih unik daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Bintang dapat membutuhkan waktu puluhan juta tahun untuk terbentuk. Bintang tumbuh dari awan debu dan gas yang bergolak menjadi protobintang yang bersinar lembut, sebelum akhirnya terwujud menjadi bola raksasa plasma bertenaga fusi seperti matahari kita.  

Baca Juga

Tetapi seberapa cepat proses ini menghabiskan simpanan gas dan debu pembibitan, dan berapa banyak bintang yang dapat terbentuk tergantung pada lokasi pembibitan bintang di galaksi.

"Kami dulu berpikir bahwa semua pembibitan bintang di setiap galaksi harus terlihat kurang lebih sama, tetapi survei ini telah mengungkapkan bahwa ini tidak terjadi, dan pembibitan bintang berubah dari satu tempat ke tempat lain," ujar penulis utama Adam Leroy, profesor astronomi di The Ohio State University, dilansir di Space, Senin (21/6).  

 

Peta ini didapatkan dari survei lima tahun. Survei dilakukan di seluruh bagian kosmos yang dikenal sebagai alam semesta terdekat karena kedekatannya dengan galaksi kita sendiri, menggunakan teleskop radio Atacama Large Millimeter/Submillimeter Array (ALMA) yang terletak di Gurun Atacama Chili.  

Ilmuwan melakukan survei di bagian radio dari spektrum elektromagnetik, bukan bagian optik. Dengan begitu, astronom dapat fokus pada cahaya redup dari debu dan gas dari awan molekul yang gelap dan padat, dibandingkan dengan cahaya tampak dari bintang-bintang muda yang dilahirkan oleh mereka.

 

"Untuk memahami bagaimana bintang terbentuk, kita perlu menghubungkan kelahiran bintang tunggal kembali ke tempatnya di alam semesta. Ini seperti menghubungkan seseorang dengan rumah, lingkungan, kota, dan wilayahnya." jelas peneliti utama PHANGS Eva Schinnerer, seorang astronom di Institut Astronomi Max Planck.

Menurut Schinnerer, jika sebuah galaksi mewakili sebuah kota, maka lingkungannya adalah lengan spiral, rumah unit pembentuk bintang, dan galaksi terdekat adalah kota-kota tetangga di wilayah tersebut.

"Pengamatan ini telah mengajarkan kita bahwa 'lingkungan' memiliki efek kecil tapi nyata di mana dan berapa banyak bintang yang lahir." katanya.

Mereka menemukan bahwa bintang ditempa secara berbeda tergantung pada apakah awan molekuler yang menciptakannya terletak di cakram galaksi, batang bintang, lengan spiral, atau pusat galaksi.

"Awan di daerah pusat galaksi yang padat cenderung lebih masif, lebih padat, dan lebih bergolak daripada awan yang berada di pinggiran galaksi yang tenang," kata rekan penulis Annie Hughes, astronom di L'Institut de Recherche en Astrophysique et  Planetologi.  

Hughes menjelaskan, siklus hidup awan juga bergantung pada lingkungannya. Seberapa cepat awan membentuk bintang dan proses yang pada akhirnya menghancurkan awan tampaknya bergantung pada tempat tinggal awan.

Selanjutnya, tim akan mencoba mencari tahu apa arti variasi ini bagi pembentukan bintang dan planet, serta tempat kita sendiri di alam semesta. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement