Selasa 22 Jun 2021 16:22 WIB

Gajah Dobrak Tembok Rumah Warga di Thailand

Sangat umum bagi gajah dari taman nasional untuk menyerang ladang tanaman terdekat.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Gajah. ilustrasi
Foto: AP/Apichart Weerawong
Gajah. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Ratchadawan Puengprasoppon dibangunkan pada Sabtu (19/6) dini hari dengan suara tabrakan. Ketika dia mencari tahu apa yang terjadi, dia menemukan kepala gajah menyembul dari dinding dapurnya yang sudah berlubang di samping rak pengering.

Gajah jantan bernama Boonchuay tampak sedang mencari sesuatu untuk dimakan. Belalainya mengobrak-abrik laci dapur, menjatuhkan panci dan perlengkapan memasak ke lantai.

Baca Juga

Gajah dewasa itu pun tertangkap basah oleh penghuni rumah sedang mengunyah kantong plastik. Ratchadawan pun bingung dengan kondisi dapurnya dan memilih untuk mendokumentasikan peristiwa itu menggunakan teleponnya.

Peristiwa tersebut bukan pertama kalinya untuk Boonchuay yang tinggal di taman nasional Kaeng Krachan Thailand. Dia sudah beberapa kali mengunjungi desa Chalermkiatpattana, tempat Ratchadawan tinggal.

"Mereka cukup sering datang berkunjung. Mereka selalu datang ketika ada pasar lokal karena mereka bisa mencium bau makanan,” kata pengawas taman nasional Kaeng Krachan, Itthipon Thaimonkol, dikutip dari Theguardian.

Media Thailand melaporkan bahwa gajah yang sama bahkan pernah mengunjungi dapur Ratchadawan pada salah satu kesempatan itu. Dia menyebabkan kerusakan senilai hampir 50.000 baht.

Asisten profesor psikologi di Hunter College, City University of New York, Dr Joshua Plotnik mengatakan sangat umum bagi gajah dari taman nasional untuk menyerang ladang tanaman terdekat untuk mendapatkan tebu atau jagung. "Di desa tempat saya bekerja di Thailand, gajah memasuki ladang petani hampir setiap malam. Ini adalah masalah yang sangat sulit bagi petani dan gajah,” kata sosok yang mempelajari populasi gajah di Suaka Margasatwa Salakpra di Kanchanaburi, Thailand barat.

Sebagian besar penduduk desa menghormati dan bersimpati terhadap gajah. "Mereka frustrasi karena ini terjadi, dan benar-benar ingin mencari solusi untuk menghentikannya, tetapi mereka biasanya tidak menyalahkan gajah," kata Plotnik.

Relawan dari masyarakat setempat dan petugas taman nasional bekerja sama untuk memantau gajah. Mereka menggunakan suara keras dan alat pencegah lainnya untuk mencoba mendorong para gajah kembali ke hutan.

Selain peristiwa unik di Thailand, China baru-baru ini menemukan fenomena tentang kawanan gajah yang melakukan perjalanan selama 15 bulan jauh dari habitat aslinya. Mereka memakan seluruh ladang jagung dan menghancurkan lumbung di sepanjang jalan.

Pihak berwenang mengirim ratusan orang dan mengerahkan drone untuk melacak perjalanan kawanan gajah. Banyak yang mempertanyakan mengapa gajah melakukan perjalanan sejauh ini.

"Insiden ini meningkat di Asia, dan kemungkinan karena penurunan sumber daya yang tersedia dan peningkatan gangguan manusia di habitat gajah,” kata Plotnik.

Menurut Plotnik, metode seperti penghalang fisik atau memindahkan gajah hanya akan berdampak jangka pendek. "Jika Anda tidak memenuhi kebutuhan gajah akan makanan, air, dan sumber daya lainnya di habitat alami mereka (atau memastikan mereka memilikinya di tempat lain), mereka akan menemukan cara untuk mencegah dan mengakses desa atau ladang untuk mencari sumber daya ini," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement