Kamis 01 Jul 2021 09:24 WIB

Pekerja Industri Minyak Iran Gelar Mogok Kerja

Unjuk rasa ini menunjukkan besarnya tekanan ekonomi yang dihadapi Iran.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang pekerja minyak Iran bersepeda di kilang minyak Teheran selatan ibukota Teheran, Iran.
Foto: AP
Seorang pekerja minyak Iran bersepeda di kilang minyak Teheran selatan ibukota Teheran, Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Media Iran melaporkan ribuan pekerja industri energi negara itu menggelar mogok kerja selama satu pekan terakhir. Mereka menuntut upah dan kondisi kerja yang lebih baik.

Unjuk rasa ini menunjukkan besarnya tekanan ekonomi yang dihadapi Iran. Negera tersebut kesulitan memulihkan ekonomi karena masih didera sanksi-sanksi dari Amerika Serikat (AS).

Baca Juga

Rekaman video yang tersebar di media sosial menunjukkan para pekerja dari 60 pabrik minyak dan petrokimia yang sebagian besar terletak di selatan Iran, keluar dari tempat kerja mereka untuk berunjuk rasa. Di sejumlah video terdengar mobil membunyikan klakson dan terlihat para pekerja bersorak saat mereka menuju jalanan yang berdebu.  Sementara tangki berwarna putih berada di belakang mereka.

Presiden Iran Hassan Rouhani berjanji untuk 'menyelesaikan' tuntutan pekerja minyak. Ia juga berusaha meredakan ketakutan mogok kerja ini akan berdampak buruk pada ekonomi Iran.

Ia mengatakan, unjuk rasa buruh terbatas pada buruh konstruksi swasta dengan kontrak temporer yang bekerja di pabrik dan tidak akan berdampak pada produksi minyak Irak. Unjuk rasa tidak terjadi pada pegawai Perusahaan Minyak Nasional Iran (NIOC), perusahaan BUMN yang memiliki 200 ribu pekerja yang menerima gaji tiga kali lipat lebih tinggi dan perlindungan lebih baik berdasarkan undang-undang Iran.

"Kami tidak memiliki dan tidak akan memiliki masalah dalam produksi, transfer, distribusi dan ekspor minyak, saya berjanji pada pekerja industri minyak, masalah mereka akan diselesaikan," kata Rouhani dalam rapat Kabinet mingguan, Rabu (30/6).

Mogok kerja yang dilakukan pegawai fasilitas minyak terpencil di selatan gurun negara itu menuntut upah yang sama dengan rekan-rekan mereka di perusahan BUMN. Mereka juga meminta libur 10 hari setiap bulan untuk menemui keluarga mereka di kota.

Lokasi tempat mereka bekerja berada di sebuah gurun yang saat musim panas suhu udaranya dapat mencapai 50 derajat Celcius. Saat ini para pekerja kontrak menerima 200 dolar AS per bulan, satu hari libur per pekan dan 2 setengah hari untuk jalan-jalan per bulan.

Sektor minyak yang menjadi jantung perekonomian Iran terhantam keras sanksi-sanksi AS yang diterapkan untuk menahan program nuklir Iran. Tiga tahun yang lalu mantan Presiden AS Donald Trump menarik Washington dari kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Lalu ia menerapkan kembali sanksi-sanksi ekonomi ke Teheran dengan untuk menekan negara itu bersedia menegosiasikan ulang kesepakatan nuklirnya.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement