REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Desa Lytton di Kanada kini rata dengan tanah usai kebakaran hutan dan lahan melahap 90 persen bangunan desa. Beberapa hari silam kawasan ini didera gelombang panas ekstrem yang memecahkan rekor suhu udara nasional.
Setelah didera gelombang panas mematikan selama tiga hari berturut-turut, warga Lytton di Kanada sebenarnya berharap situasi lekas membaik. Suhu udara yang sempat mencatat rekor nasional dengan 49,6 derajat Celcius, perlahan menurun pada Rabu (30/6) silam.
Pada hari yang sama, sekitar 15 kilometer di selatan desa, Jean McKay mengaku mulai mencium bau kebakaran, ketika mendapat perintah evakuasi. Di luar dia mendapati asap hitam membumbung tinggi dari desa.
Api menjalar sedemikian cepat, sebagian besar bangunan mulai terbakar hanya dalam tempo beberapa menit.
"Sebanyak 90 persen bangunan di dalam desa hangus terbakar, termasuk kantor desa,” kata seorang anggota legislatif lokal, Brad Vis, seperti dikutip AFP.
Kebakaran hutan dan lahan di barat Kanada dan Kalifornia, AS, itu memaksa ribuan orang mengungsi.
Suhu yang ekstrem, ditambah kekeringan, memicu bencana kebakaran di kedua negara. Provinsi British Columbia di Kanada misalnya mendeteksi 62 titik api baru dalam 24 jam terakhir.
"Saya sekali lagi menegaskan betapa ekstremnya risiko kebakaran hutan saat ini,” kata kepala pemerintahan provinsi, John Horgan.
Api diprediksi disebabkan oleh sambaran petir. Suhu udara yang terlampau tinggi dikabarkan memicu badai di sejumlah lokasi. Kebakaran menjalar selama sepekan sebelum mengamuk di Desa Lytton, klaim media-media lokal.
"Saya sedang duduk dan berpikir apa yang harus saya bawa,” kata McKay, sebelum menyadari dia harus meninggalkan semua harta bendanya.
"Rasanya sulit, sangat sulit. Meninggalkan rumah yang kami bangun dan huni sejak bertahun-tahun adalah hal yang sulit.”
sumber: https://www.dw.com/id/usai-catatkan-suhu-terpanas-desa-kanada-hangus-dilalap-api/a-58136248