Ahad 04 Jul 2021 12:52 WIB

91 Persen Anak-Anak Gaza Alami Trauma

Sembilan dari sepuluh anak di Jalur Gaza saat ini menderita trauma terkait konflik.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nora Azizah
Sembilan dari sepuluh anak di Jalur Gaza saat ini menderita trauma terkait konflik.
Foto: AP/John Minchillo
Sembilan dari sepuluh anak di Jalur Gaza saat ini menderita trauma terkait konflik.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sembilan dari sepuluh anak di Jalur Gaza saat ini menderita trauma, terkait konflik setelah serangan militer Israel berakhir pada Mei lalu. Menurut laporan Monitor Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania (Euro-Med Monitor) yang diterbitkan pada Jumat (2/7), mengungkapkan 91 persen anak-anak di Jalur Gaza menderita trauma psikologis setelah agresi Israel Mei lalu.

Sebuah laporan yang berjudul One War Older mendokumentasikan statistik paling menonjol dari serangan di Jalur Gaza. Sekitar 50 persen dari populasi Jalur Gaza adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun, dan 49 persen adalah perempuan.

Baca Juga

Laporan tersebut menunjukkan bahwa selama pertempuran yang terjadi pada 10-21 Mei di Gaza, pasukan Israel melakukan serangan yang tidak proporsional terhadap lingkungan pemukiman padat penduduk dengan mayoritas populasi anak-anak dan wanita. Anak-anak dan perempuan secara total membentuk 75 persen dari populasi.

Selain itu, serangan mengakibatkan kematian dan cedera di antara anak-anak dan perempuan di Gaza. Euro-Med Monitor mengungkapkan bahwa, 241 anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya akibat pengeboman, sekitar 5.400 anak kehilangan rumah, dan 42.000 anak memiliki rumah yang rusak. Sementara itu, 66 anak tewas dalam pemboman Israel di Gaza, serta  470 anak-anak dan 310 wanita terluka.

Laporan itu dibuat setelah tim Euro-Med Monitor melakukan penelitian lapangan lebih dari lima minggu. Mereka mendokumentasikan ratusan kasus penargetan langsung terhadap rumah-rumah sipil yang menampung banyak perempuan dan anak-anak.

Sekitar 72 ribu anak-anak mengungsi ke sekolah UNRWA atau rumah kerabat selama serangan Israel. Sementara lebih dari 4.000 anak saat ini tetap mengungsi.

Peneliti lapangan Euro-Med Monitor, Mariam Dawwas, menyatakan, dia dan tim lapangan mendokumentasikan ratusan kasus penargetan langsung warga sipil di rumah mereka. Penargetan ini merupakan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, memiliki skala besar dan ganas di Jalur Gaza.

"Tidak ada banyak perbedaan dari tiga serangan sebelumnya di Gaza, kecuali satu hal; Hari ini saya termasuk di antara mereka yang saya dokumentasikan. Saya berlari bersama mereka dan berteriak mencari putri kecil saya dan meninggalkan rumah saya setelah serangan udara menargetkan gedung," ujar Dawwas, dilansir Middle East Monitor, Ahad (4/7).

Dawwas menyatakan, dia dan putrinya yang berusia tiga tahun mengalami gangguan stres pasca-trauma, seperti sebagian besar penduduk Gaza lainnya. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa, hampir 2.500 wanita hamil yang akan melahirkan dalam tiga bulan ke depan, dapat mengalami komplikasi saat melahirkan sebagai efek langsung atau tidak langsung dari serangan tersebut.

Euro-Med Monitor mengeluarkan laporan pertama tentang serangan militer Israel di Gaza, berjudul Neraka Tak Terhindarkan, yang mendokumentasikan kasus-kasus penargetan massal terhadap keluarga dan infrastruktur. Organisasi tersebut diperkirakan akan mengeluarkan laporan baru dalam beberapa hari mendatang tentang kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat serangan itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement