Jumat 09 Jul 2021 06:35 WIB

Ruh Nabi Muhammad Menjadi Permulaan Penciptaan Semesta

Ia diciptakan dari cahaya ketuhanan.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Joko Sadewo
Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: republika
Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah Subhanahu Wa Ta'ala pertama kali menjadikan cahaya atau nur yang disebut Nur Muhammad SAW.  Dari sifat Jamal-Nya (keindahanNya).

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan, Nabi besar Muhammad SAW pernah bersabda bahwa yang mula-mula diciptakan oleh Allah adalah ruh Muhammad. "Ia diciptakan dari cahaya ketuhanan," kata Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitabnya Sirr Al-Asrar Fi Mayahtaj Ilayh Al-Abrar.

Selanjutnya Nabi SAW bersabda, yang pertama kali diciptakan adalah Qalam (pena) dan Aql. Sekarang bisa kita mengerti bahwa yang pertama kali diciptakan Allah atau dilahirkan oleh Allah SWT adalah suatu realitas yang gaib dan yang bersifat ruhani yang disebut Nur, Ruh, Qalam dan Aql.

"Ia adalah suatu realitas yang memiliki banyak nama menurut fungsinya dan dari sudut mana kita memandangnya," katanya.

Realitas batin atau gaib ini diberikan kepada orang-orang sufi sebagai Al-haqiqah al-Muhammadiyah atau disebut sebagai hakikat Muhammad. Realitas atau hakikat ini diistilahkan dengan banyak nama. Realitas ini disebut Nur atau cahaya karena bebas dari bersih dari segala kegelapan atau karena dengan adanya cahaya tersebut segala kegelapan hilang musnah.

Allah Subhanahu Wa Taala dalam surat al-Maidah ayat 15 berfirman "...Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. "

Hakikat itu juga diberi gelar Aql al-Kull (Akal Semesta), karena ia tahu dan melihat segala sesuatu.  Ia juga diberi gelar Qalam karena ia menyebarkan ilmu dan hikmah, serta menzahirkan ilmu dalam bentuk huruf dan perkataan. "Jadi ia juga digelari ruh, karena ia hidup bukan mati. Dari ruh itulah asal terbitnya segala yang hidup. Oleh karena itu hidup, maka ia digelari ruh," katanya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement