Ahad 11 Jul 2021 23:59 WIB

Cerita Ketua RW Bekasi Soal Kondisi tak Ideal Pasien Isoman

Ketua RW di Bintara Bekasi menyebut ada dua warganya yang meninggal saat isoman

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Relawan memberikan makan siang kepada warga yang sedang menjalani isolasi mandiri (ilustrasi). Selama lima hari berlangsungnya PPKM Darurat, total ada 149 warga Kota Bekasi yang meninggal. Sementara itu, pasien isolasi mandiri yang meninggal dunia juga tak kalah mencengangkan kondisinya.
Foto: ANTARA/Fakhri Hermansyah
Relawan memberikan makan siang kepada warga yang sedang menjalani isolasi mandiri (ilustrasi). Selama lima hari berlangsungnya PPKM Darurat, total ada 149 warga Kota Bekasi yang meninggal. Sementara itu, pasien isolasi mandiri yang meninggal dunia juga tak kalah mencengangkan kondisinya.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Selama lima hari berlangsungnya PPKM Darurat, total ada 149 warga Kota Bekasi yang meninggal. Sementara itu, pasien isolasi mandiri yang meninggal dunia juga tak kalah mencengangkan kondisinya.

Salah satu yang terlaporkan adalah di Perumahan Duta Kranji, Kelurahan Bintara, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi. Ketua RW 10, Mulyono, Kelurahan Bintara, Kecamatan Bekasi Barat, menceritakan, D adalah warganya yang positif Covid-19. Lalu, ia dilarikan ke RSUD Chasbullah Abdulmadjid karena terjadi perburukan. 

Kemudian ayahnya yang berinisial B, positif Covid-19. Ayahnya merupakan warga Perumahan Duta Kranji, namun berada di Kelurahan Bintara, Kecamatan Bekasi Barat.

“Bapaknya aslinya tinggal di Jalan Gelatik, Blok C. Jadi, karena di Gelatik ada yang positif dan negatif. Bapaknya diisolasi mandiri di rumah ibu D,” jelas Mulyono.

Hanya saja kemudian D, meninggal dunia di rumah sakit. Lalu ayahnya, yang menjalani isolasi mandiri juga meninggal dunia.

Mulyono menuturkan, saat ini kondisi isolasi mandiri memang tak lagi ideal. Hal ini terjadi lantaran setiap puskesmas hanya memiliki satu petugas saja untuk mengawasi.

Di Perumahan Duta Kranji sendiri, ada 90 warga yang positif Covid-19. Itu hanya di RW 10 saja.

“Bisa bayangin nggak yah. Binwil kita cuma satu. Layani satu RW yang jumlahnya 700-an. Katakan yang terpapar 90. Bisa ngebayangin nggak, mungkin gak?,” kata dia.

Sehingga, apabila ada warga terpapar mereka melaporkan lalu akan dilaporkan ke satgas di tingkat RW. 

“Kita kasih nama, KTP, KK, contact person. Kenapa contact person? Kalau dia ga sempet dia berkomunikasi dengan handphone. Kita tanya tiap hari. Tapi kita nanyanya random. 10 orang dulu hari ini, besok gantian 20 orang, kita tanyain,” ujar dia.

Kendati begitu, mereka juga diawasi oleh RT-nya masing-masing. Ketua RT memberikan makanan kepada warganya yang tengah menjalani isolasi mandiri. 

“Hari ini ibu A, ibu B, ibu C. Kebiasaan kita suplai makanan, kalau obat-obat harus pakai resep,” tutur dia. Selain memberikan suplai makanan, satgas Covid-19 di tingkat RW juga membantu sampai mencarikan rumah sakit apabila terjadi perburukan kondisi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement