REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah Jepang memberlakukan status keadaan darurat terbaru di Ibu Kota Tokyo pada Senin (12/7) hari ini. Ini merupakan tepat kurang dari dua pekan sebelum Olimpiade internasional dimulai di negara itu.
Status keadaan darurat diberlakukan di tengah kekhawatiran bahwa penyelenggaraan olimpiade dapat meningkatkan kasus infeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Pekan lalu, penyelenggara mengumumkan penonton akan dilarang untuk hadi secara langsung.
Pemerintah Jepang telah memutuskan untuk melarang kehadiran penonton dari luar negeri. Warga sepenuhnya diminta menonton acara Olimpiade melalui televisi. Diharapkan bahwa keputusan ini dapat membendung peningkatan kasus Covid-19.
“Kami akan meminta orang-orang untuk mendukung atlet dari rumah,” ujar Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato, dilansir The Strait Times, Senin (12/7).
Olimpiade Tokyo seharusnya diselenggarakan pada 2020, tetapi pandemi membuat perhelatan acara ini tertunda. Pemerintah dan penyelenggara telah lama melihat acara tersebut sebagai kesempatan untuk menampilkan pemulihan negara dari gempa bumi dan tsunami serta krisis nuklir pada 2011.
Petenis peringkat pertama dunia Novak Djokovic mengatakan pada Ahad (11/7) kemarin, ia masih menimbang-nimbang perihal keikutsertaannya berkompetisi di Olimpiade Tokyo setelah penyelenggara memutuskan untuk melarang penggemar hadir. Itu termasuk ketentuan yang membatasi jumlah orang yang dapat ia bawa.
Beberapa nama atlet ternama dunia, yaitu Rafa Nadal, Dominic Thiem, Stan Wawrinka, Nick Kyrgios, Serena Williams, dan Simona Halep, telah mengumumkan keputusan untuk melewatkan Olimpiade Tokyo. Jepang belum melihat wabah Covid-19 secara eksplosif, dengan mencatat lebih dari 815.440 kasus dan hampir 15 ribu kematian.
Kenaikan kasus Covid-19 baru-baru ini di Tokyo sangat mengkhawatirkan di tengah peluncuran vaksinasi yang dimulai dengan lambat dan menghadapi gangguan pasokan. Hanya sekitar 28 persen dari populasi di Jepang yang tercatat telah menerima setidaknya satu dosis vaksin.
Tokyo mencatat 614 kasus Covid-19 terbaru pada Ahad (11/7). Ini menjadi kenaikan untuk 22 hari berturut-turut dari pekan ke pekan. Pemerintah Jepang telah menetapkan aturan pembatasan, termasuk di antaranya dengan meminta restoran untuk tutup lebih awal dan berhenti menyajikan alkohol dengan imbalan pemberian subsidi.
Keputusan tersebut yang telah memukul perekonomian restoran dengan keras dan menyebabkan banyak orang mengeluh tentang ketidakadilan saat Olimpiade Tokyo akan dilanjutkan. Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura juga memicu kemarahan publik ketika mengatakan bahwa akan meminta bank untuk menekan restoran-restoran yang tidak mematuhi langkah-langkah kesehatan yang lebih ketat.