Selasa 13 Jul 2021 15:26 WIB

Lahan Makam Covid-19 Diprotes, Ini Tanggapan Pemkot Tangsel

Lahan akhirnya dipakai jadi fasilitas penunjang lainnya, seperti untuk parkiran.

Rep: Eva Rianti / Red: Andi Nur Aminah
Foto udara yang diambil dengan drone menunjukkan pekerja mengubur peti mati korban Covid-19 (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/MAST IRHAM
Foto udara yang diambil dengan drone menunjukkan pekerja mengubur peti mati korban Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Lahan baru pemakaman Covid-19 di TPU Jombang, Tangerang Selatan (Tangsel) sempat mendapat protes dari warga di sekitar lokasi, tepatnya warga di Perumahan Grand Dhaya Pesona, Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat. Pemerintah Kota Tangsel mengatakan telah rembugan dengan para warga dan menemukan titik temu.

“Sudah dimusyawarahkan, kita sudah pertemuan dengan penghuni Perumahan Grand Dhaya Pesona. Kita tidak akan gunakan untuk penguburan yang persis di belakang rumah mereka, jadi kita gunakan untuk fasilitas penunjang lainnya, seperti parkiran atau kantor pengelola,” kata Kepala Seksi Pemakaman, Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pemakaman Nazmudin saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (13/7).

Baca Juga

Nazmudin menyampaikan, saat ini tidak ada lagi protes yang berdatangan dari warga mengenai lokasi lahan baru persemayaman jenazah Covid-19 tersebut. Termasuk juga warga kampung RT 7 RW 6 yang kediamannya berdekatan dengan lahan tersebut. "Warga Kampung RW 6 enggak mempermasalahkan. Mereka tidak keberatan, malah senang dapat pekerjaan. Malah bertanya, 'kapan Pak mulai, kami mau bantu-bantu," terangnya. 

Nazmudin menyebut akan melakukan sosialisasi secara luas kepada warga di sekitar lokasi lahan baru TPU tersebut pada esok hari, Rabu (14/7). Dia berharap warga tidak ada lagi yang keberatan mengenai penggunaan lahan itu.

Sebelumnya dikabarkan, lahan baru pemakaman jenazah Covid-19 di TPU Jombang, Tangsel mendapat protes dari warga Perumahan Grand Dhaya Pesona. Pasalnya, lokasi pemakaman sangat berdekatan dengan tempat tinggal warga perumahan dan dikhawatirkan tercemar virus. 

“Di belakang tembok rumah saya pas banget, hanya berjarak satu meter,” ujar Sidharta Prima (38 tahun), salah satu warga Perumahan Grand Dhaya Pesona, Ahad.

Sidharta menyebut, lahan tersebut belum terisi jenazah, sehingga dia ingin warga setempat dapat terlebih dahulu berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait. “Belum (ada jenazah). Takutnya kan sudah diblok-blok kita enggak bisa ngapa-ngapain kalau mulai dimakamkan,” terangnya. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement