Oleh : Gus Ahmad Gholban Aunir Rahman, Pengasuh Pesantren Nyai Zainab Shiddiq, Jember Jawa Timur
REPUBLIKA.CO.ID, — Sebanyak 10 ribu orang lebih pasukan kafir Makkah dan sekitarnya datang ke Madinah untuk menghancurkan umat Islam. Nabi Muhammad berunding dengan sahabat dan Nabi memberi satu putusan.
Namun, sahabat Salman Al Farisi bertanya, "Ya Rasul, apakah putusan ini dari wahyu Allah atau dari pendapat Engkau?"
Nabi Muhammad menjawab, "Dari pendapat saya sendiri." Maka sahabat Salman yang berasal dari Persia (Iran, kini) berkata, "Ya Nabi, kalau di daerah kami bila kami menghadapi situasi seperti ini maka kami akan menggali parit / lubang yang lebar."
Tujuan dari membuat lubang besar supaya musuh tidak bisa masuk ke kota, dan andaikan mereka memaksa masuk maka mereka masuk lubang itu dan mudah bagi kita menyerang dengan panah atau lainnya. Nabi pun menyetujui tanpa ada perasaan kehilangan harga diri karena mencabut kembali putusan beliau.
Orang kafir Makkah pun datang, dan mereka sangat terkejut ada lubang besar/parit mengeliling Madinah. Mereka membuat keputusan, mari kita membuat perkemahan di luar Madinah. Biar saja mereka berdiam diri di Madinah sehingga mereka akan mati kelaparan karena pasokan makanan dari luar madinah tidak akan bisa datang ke kota Madinah.
Dan benar terjadi, Nabi dan para sahabat kelaparan. Bahkan Nabi dan para sahabat mengganjal perut mereka dengan batu. Namun di saat itu, masih tetap ada orang kaya yang mensedekahkan kambing walaupun hanya khusus untuk Nabi saja. Namun, Nabi tidak mau hanya menikmati sendiri. Beliau ajak semua sahabat makan bersama.
Akhirnya, dalam situasi semakin kelaparan dan genting, Nabi Muhammad benar benar kembali, menangis, dan berserah diri kepada Allah dengan ibadah dan dzikir. Salah satu dzikir berhari hari beliau di saat itu adalah sebagai berikut:
حسبنا الله ونعم الوكيل 'Cukup bagi kami Allah, Allah sebaik baik kami menyerahkan urusan kami."
Dan benar, janji Allah pasti akan terbukti setelah Allah melihat hamba-Nya bersungguh sungguh menjalankan semua perintahnya tanpa memilah memilih perintah. Datanglah angin topan bertubi-tubi. Angin topan yang menghancurkan semua perkemahan 10 ribu orang kafir Makkah. Hingga akhirnya semua orang kafir itu pulang ke Makkah dengan keadaan rugi.
Apa hikmah yang bisa kita ambil dari Perang Khandaq ini ketika kita mengalami musibah corona saat ini?