REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Presiden Brasil Jair Bolsonaro dilarikan ke rumah sakit pada Rabu (14/7) untuk menjalani operasi darurat, karena cegukan selama 10 hari berturut-turut. Bolsonaro mengalami cegukan setelah operasi implan gigi pada 3 Juli.
Kantor Bolsonaro mengatakan, presiden telah dibawa ke rumah sakit militer di ibu kota Brasilia untuk menjalani tes dan menyelidiki penyebab cegukan. Para dokter di rumah sakit tersebut akan meninjau kondisi Bolsonaro dan memutuskan apakah dia akan menjalani operasi.
"Ini terjadi pada saya sebelumnya, mungkin karena obat yang saya minum, saya cegukan 24 jam sehari," ujar Bolsonaro, dilansir Aljazirah, Kamis (15/7).
Kesehatan Bolsonaro telah menjadi masalah selama masa kepresidenannya. Dia hampir meninggal setelah ditikam di usus ketika kampanye pada 2018. Penusukan itu membuat Bolsonaro menjalani beberapa operasi lanjutan.
Bolsonaro menyimpulkan bahwa kondisinya yang mengalami cegukan terkait dengan penusukan pada 2018. Bolsonaro menjalani perawatan pada saat terburuk dalam masa kepresidenannya selama dua setengah tahun.
Presiden menghadapi protes massal dan penyelidikan komisi Senat tentang penanganan pemerintahannya terhadap pandemi virus corona. Bolsonaro juga dituduh gagal menanggapi dugaan korupsi dalam pengadaan vaksin Covid-19 dari India oleh Kementerian Kesehatan Brasil. Setelah laporan dugaan korupsi itu muncul ke publik, pemerintah menangguhkan kontrak pengadaan vaksin tersebut.
Mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengetahui masalah ini, kantor berita Reuters melaporkan, polisi federal Brasil secara resmi membuka penyelidikan terhadap Bolsonaro atas tuduhan tersebut. Di sisi lain, Bolsonaro juga dituduh mengambil bagian dalam skema untuk memotong gaji para penasihatnya ketika menjabat sebagai wakil federal.
Bolsonaro telah membantah semua tuduhan terhadapnya. Namun, jajak pendapat menunjukkan popularitasnya merosot. Hal itu menjadi berita buruk menjelang pemilihan presiden yang dijadwalkan tahun depan.
Survei Datafolha menunjukkan, 54 persen orang Brasil mendukung langkah yang diusulkan oleh majelis rendah untuk membuka proses pemakzulan terhadap Bolsonaro. Sementara 42 persen yang menentang pemakzulan. Itu adalah pertama kalinya mayoritas orang Brasil mendukung tindakan pemakzulan.