Jumat 16 Jul 2021 16:42 WIB

Banyak Ulama Wafat, Ini Nasihat Pakar Tafsir 

Banyak ulama wafat saat pandemi covid-19.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Banyak Ulama Wafat, Ini Nasihat Pakar Tafsir. Foto:  Kepala LPMQ Muchlis M Hanafie
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Banyak Ulama Wafat, Ini Nasihat Pakar Tafsir. Foto: Kepala LPMQ Muchlis M Hanafie

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Doktor dalam bidang Tafsir dan ilmu-ilmu al-Quran dari Universitas Al-Azhar, Muchlis M Hanafi mengatakan, di masa pandemi Covid-19 ulama telah banyak yang berpulang ke rahmatullah. Karena itu, dia mengimbau kepada umat Islam untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan virus yang semakin mengganas ini.

“Kita perlu meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian karena banyak sahabat, kerabat dan orang-orang yang kita cintai menderita dan berpulang. Duka kita semakin mendalam ketika banyak ulama dan guru-tercinta ‘berpulang’,” ujar Muchlis saat menyampaikan khutbah sholat Jum’at di di Masjid Pesantren Attaqwa Bekasi, Jum'at (16/7).

Baca Juga

Menurut dia, para ulama yang selama ini membimbing dan menjadi pelita di setiap kegelapan satu demi satu telah tiada. “Tentu, mereka sedang berbahagia di alam sana, karena akan segera merasakan buah manis dari perjuangan dan pengorbanannya di dunia.  Bagi mereka itu adalah sebuah kenikmatan, tetapi bagi kita ini adalah sebuah kehilangan,” ucapnya.

Dia menjelaskan, kepergian ulama bukanlah hal yang biasa. Kepergian ulama bukan sekadar pergi jasadnya. Bukan sekadar hilang darah dan dagingnya. Tetapi, kepergian ulama adalah kepergian bagian terpenting dari warisan kenabian, yaitu ilmu, yang menjadi pertanda munculnya berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Lentera yang biasa menerangi redup, bahkan padam.

“Pohon besar tempat berteduh itu telah tiada. Ketika orang mengambil ilmu tidak dari sumbernya, ulama yang otoritatif, di situlah awal kehancuran,” kata Muchlis.

Dia pun mengutip hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim,

عن عبد اللَّه بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما قال: سمعت رسول اللَّه صلى الله عليه وسلم يقول: " إِنَّ اللَّهَ لا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رؤوسًا جُهَّالاً، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا "

رواه البخاري ومسلم،

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.“ (HR. Bukhari dan Muslim)

Muchlis mengatakan, sahabat nabi ahli Alqur`an, Ibnu Abbas, ketika menafsirkan Surat Ar-Ra’ad ayat 41 juga mengatakan, “kerusakan bumi terjadi karena kepergian para ulama dan fuqaha serta orang-orang baik”.

Ibarat hujan yang membasahi dan menyuburkan tanah, menurut Muchlis, bumi Allah akan selalu hidup selama para ulama masih eksis. Ketika hujan tiada, tanah pun kembali rusak, tandus dan kering kerontang.

Namun, menurut dia, umat Islam tidak perlu larut dalam kesedihan, karena begitulah kehidupan dunia yang selalu berputar. Timbul dan tenggelam, datang dan pergi adalah hal biasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan selama tempat persemaian itu telah dipersiapkan.

“Sebagaimana dulu Al-maghfurlah KH Noer Alie mempersiapkan kader-kader terbaiknya, putra-putri dan murid-muridnya, demikian pula generasi almarhumin KH M. Amin Noer, KH Nurul Anwar, KH  Ahmad Rosyidi, KH A Syathibi dan guru-guru lainnya telah mepersipkan kader-kader yang akan melanjutkan perjuangan Almagfurlah KH. Noer Alie,” katanya.

Menurut dia, Pondok Pesantren Attaqwa adalah bumi yang diberkahi, karena ditumbuhkan dan disuburkan oleh doa-doa para ulama dan guru yang shalih. Dari tempat ini, kata dia, akan terus lahir generasi yang akan menjaga dan melahirkan agama Allah. Allah berfirman;

وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهٗ بِاِذْنِ رَبِّهٖۚ وَالَّذِيْ خَبُثَ لَا يَخْرُجُ اِلَّا نَكِدًاۗ كَذٰلِكَ نُصَرِّفُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّشْكُرُوْنَ

“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana. Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (al-A'raf [7] 58).

Di akhir khutbahnya, Muchlis kemudian mengajak kepada umat Islam untuk manfaatkan kesempatan berada di hari-hari yang penuh keutamaan dan keberkahan, di tengah kehkawatiran dan keresahan, dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt melalui amal-amal ibadah yang sangat dianjurkan.

“Dalam situasi seperti ini kita perlu ‘berdamai’ (al-tashaluh) dengan Allah dan juga berdamai dengan diri sendiri. Bukankah hanya dengan selalu ingat kepada Allah dan berzikir hati ini akan tenang dan damai?,” tutupnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement