REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dr Tonang Dwi Ardyanto, SpPK PhD mengatakan, positif Covid-19 setelah vaksinasi tidak disebabkan oleh vaksin yang disuntikkan. Hal itu terjadi karena adanya penularan sebelum atau setelah vaksinasi.
Dr Tonang menyampaikan penjelasan tersebut melalui akun Facebook-nya menyusul banyaknya pertanyaan mengenai orang-orang yang positif Covid-19 setelah mendapatkan vaksin Covid-19. Mereka mengira vaksinlah penyebabnya.
"Ada orang baru divaksinasi Covid-19, belum satu pekan sudah di swab...ya ketemu positif Covid-19. Kalau ini gimana ya kerja tenaga kesehatannya," demikian salah satu narasi yang juga beredar di media sosial.
Dr Tonang menjelaskan, vaksin Covid-19 isinya virus mati. Itu artinya, isi vaksin tak akan membuat orang jadi positif Covid-19.
"Begitu disuntikkan, vaksin langsung ditangkap oleh sel-sel imun bawaan, terutama sel dendritik," jelas dr Tonang, dikutip Jumat (16/7).
Setelah melalui proses itu, menurut dr Tonang, vaksin dibawa ke limfonodi yang diibaratkan sebagai pangkalan sistem imun. Di sana, vaksin diolah untuk membentuk antibodi dan sel-sel memori.
"Setelah terproduksi kemudian antibodi akan menyebar ke seluruh tubuh mengikuti aliran darah," ujar dia.
Dr Tonang menjelaskan, antibodi tersebut kemudian akan menjadi penangkal jika timbul infeksi ke depannya. Ia menegaskan bahwa vaksin tidak terbawa aliran darah.
"Swab diambil di nasofaring (bagian belakang hidung), orofaring (bagian belakang mulut), dan yang diambil sel-sel di permukaanya, bukan darah," tutur dr Tonang.