Kamis 22 Jul 2021 04:40 WIB

Hal-Hal yang Harus Dilakukan Dunia untuk Penuhi Target Iklim

Perjanjian Paris membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.

Pemanasan global menyebabkan suhu bumi bertambah panas dan es di kutub terus menipis.
Foto: EPA
Pemanasan global menyebabkan suhu bumi bertambah panas dan es di kutub terus menipis.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Banyak hal harus dilakukan untuk memenuhi tujuan iklim dunia dan mencegah pemanasan global. Lebih dari 190 negara telah menandatangani perjanjian Paris yang dirancang untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.

Dengan target pengurangan emisi yang besar, ilmuwan percaya bahwa teknologi penghilangan akan diperlukan untuk memenuhi tujuan tersebut. Tanpa tindakan untuk menghasilkan 1 Gigaton (Gt) emisi negatif secara global pada 2025, maka target itu tidak dapat dicapai, kata laporan oleh Koalisi untuk Emisi Negatif (CNE), dan konsultan perusahaan McKinsey.

Baca Juga

Dikatakan negara-negara perlu menghilangkan satu miliar ton CO2 dari atmosfer pada 2025, jika target Paris ingin dipenuhi. Selanjutnya, emisi karbon perlu dikurangi lebih dari satu miliar ton per tahun setelahnya.

 

Jalur pipa proyek dalam pengembangan saat ini hanya dapat menghilangkan sekitar 150 juta ton CO2 pada 2025. Angka ini jauh dari apa yang dibutuhkan.

Yang termasyk proyek emisi negatif antara lain teknologi untuk menangkap dan menyimpan emisi karbon, teknologi untuk secara langsung menangkap dan menyimpan emisi dari udara dan solusi iklim alami seperti penghijauan.

Saat ini teknologi penghilangan itu mahal. Sementara banyak negara di dunia memiliki inisiatif untuk menetapkan harga pada emisi CO2, harganya terlalu rendah untuk memberi insentif pada proyek-proyek baru.

Laporan itu mengatakan peningkatan teknologi akan menghasilkan biaya yang lebih rendah, dengan kemungkinan biaya rata-rata 30-100 pound atau sekitar Rp604 ribu - Rp2 juta per ton CO2 yang dihilangkan pada 2050.

Will Gardiner, CEO anggota koalisi Drax mengatakan negara-negara dapat membantu membayar teknologi tersebut dengan memberikan kredit pajak untuk setiap ton CO2 yang dibuang.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement