REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Sudah menjadi pemandangan biasa ketika atlet yang berhasil naik podium sebagai pemenang mengigit medali yang dikalungkannya. Kebiasaan tersebut menyebabkan kebingunan di media sosial. Hal tersebut juga mendorong panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 bereaksi dengan tak membolehkan atlet menggigit medalinya.
"Kami hanya ingin mengonfirmasi secara resmi bahwa medali #Tokyo2020 tidak dapat dimakan," tulis akun Twitter resmi Tokyo 2020, Senin (27/7), dilansir dari Independent.
Mereka menjelaskan medalinya terbuat dari bahan dual ulang perangkat elektronik yang disumbangkan masyarakat Jepang. Oleh karena itu mereka mengimbau agar tak mengigitnya meskipun imbauan tersebut mereka akui tak akan dipatuhi oleh sebagian atlet.
Pertanyaan mengapa atlet terdorong untuk mengigitnya. Jawabannya setidaknya ada dua yaitu secara tradisional untuk memeriksa kemurnia emas yaitu dengan mengigitnya. Pasalnya, logamnya lunak dan mudah dibentuk serta bekas gigitan akan membekas.
Tetapi di era Olimpiade modern saat ini, tampaknya mengigit medali hanya sekadar menciptakan momen ikonik di kamera. Obsesi fotografer selalu menjadikan momen mengigit medali sebagai bidikan yang menarik.
“Saya pikir mereka melihatnya sebagai bidikan ikonik, sebagai sesuatu yang mungkin bisa Anda jual. Saya tidak berpikir itu adalah sesuatu yang mungkin dilakukan oleh para atlet sendiri,” kata sejarawan Olimpiade David Wallechinsky.
Pada Olimpiade Tokyo semua logam dibuat dari ponsel dan perangkat daur ulang yang disumbangkan masyarakat Jepang. Sekitar lima ribu medali yang terdiri dari emas, perak dan perunggu akan diberikan di pesta olahraga sejagad tersebut.
“Kami berharap proyek daur ulang elektronik konsumen kecil dan upaya kami untuk berkontribusi pada masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan akan menjadi bagian dari warisan Olimpiade Tokyo 2020,” kata panitia penyelenggara.