Selasa 27 Jul 2021 16:02 WIB

Studi Sebut Long Covid Sebabkan Kerusakan Kornea Mata

Kerusakan kornea mata pada 'long covid' masih perlu diteliti lebih lanjut.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Nora Azizah
Kerusakan kornea mata pada 'long covid' masih perlu diteliti lebih lanjut.
Foto: Pixabay
Kerusakan kornea mata pada 'long covid' masih perlu diteliti lebih lanjut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi mengungkapkan terdapat gejala yang masih dialami oleh penyintas Covid-19 atau disebut long Covid-19, salah satunya yaitu akan terjadi kerusakan saraf pada kornea mata. Namun, hal ini masih diteliti lebih lanjut oleh para peneliti.

"Studi pertama yang melaporkan hilangnya saraf kornea dan peningkatan kepadatan DC pada pasien yang telah pulih dari Covid-19, terutama pada subjek dengan gejala yang konsisten dengan covid-19 yang lama," kata salah satu peneliti dari Universitas Necmettin Erbakan di Turki dikutip dari sciencealert.com pada Selasa (27/7).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan kerusakan saraf pada kornea dapat dideteksi dengan teknik laser non-invasif yang disebut mikroskop confocal kornea (CCM), yang telah digunakan oleh para peneliti untuk mengidentifikasi kelainan kornea yang terkait dengan berbagai penyakit, seperti kerusakan saraf akibat diabetes, multiple sclerosis dan fibromialgia.

Disini, tim menggunakan teknik yang sama untuk melihat apakah CCM dapat mengidentifikasi kerusakan saraf kornea dan peningkatan sel dendritik (DC, sejenis sel sistem kekebalan) dalam kasus Covid-19 yang lama. Mereka membandingkan hasil 40 pasien dengan infeksi Covid-19 sebelumnya dengan pengamatan CCM dari 30 orang sehat yang tidak pernah menderita penyakit tersebut.

Menurut para peneliti, CCM dapat digunakan untuk membantu menunjukkan Covid-19 yang lama, dengan pemindaian kornea dari subset kelompok Covid-19 (pasien yang melaporkan gejala neurologis yang sedang berlangsung setelah pemulihan dari virus) menunjukkan kerusakan dan kehilangan serat saraf kornea yang lebih besar, bersama  dengan jumlah sel dendritik yang lebih tinggi daripada peserta yang sehat.

"Meskipun ini hanya penelitian kecil dan penelitian observasional pada saat itu, yang tidak dapat memastikan kalau Covid-19 benar-benar menyebabkan kelainan kornea pasien ini, tautan disini tetap merupakan bukti lebih lanjut tentang bagaimana infeksi SARS-CoV-2 dapat berkontribusi untuk masalah neurologis dan neuropatik," kata dia.

Menurutnya, ini bisa jadi karena gangguan potensial pada perkembangan serat saraf yang sehat, yang mengarah pada peningkatan sel dendritik yang dipanggil sebagai bagian dari respons imun.

Temuan ini konsisten dengan proses imun dan inflamasi bawaan yang ditandai dengan migrasi dan akumulasi DC di kornea sentral dalam sejumlah kondisi inflamasi dan dimediasi imun. Lalu, studi lebih lanjut tentang perubahan relatif dalam kepadatan DC dewasa.

"Pasien Covid-19 dari waktu ke waktu dapat memberikan wawasan tentang kontribusi jalur kekebalan dan inflamasi terhadap degenerasi saraf. Menurut hasil, pasien dengan kasus Covid-19 yang lebih parah cenderung menunjukkan kerusakan saraf kornea yang lebih besar, jadi ada kemungkinan kelainan mata yang ditampilkan disini semuanya berasal dari cara penyakit muncul pada pasien," kata dia.

Seperti yang diakui tim, lebih banyak penelitian dengan kohort yang jauh lebih besar diperlukan untuk mengejar petunjuk awal ini tetapi untuk sekarang ini adalah contoh lain tentang seberapa dekat kesehatan mata terkait dengan kesehatan yang lebih luas, itulah sebabnya teknik seperti CCM bisa sangat menjanjikan di masa depan.  

"Mikroskopi confocal kornea mungkin memiliki kegunaan klinis sebagai tes mata objektif cepat untuk mengevaluasi pasien dengan Covid-19 yang lama," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement