REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional menyatakan negara-negara yang tertinggal dalam pelaksanaan vaksinasi seperti India dan Indonesia akan menjadi negara yang paling menderita di antara G20. Sedangkan Inggris dan Kanada diyakini akan mendapatkan efek ringan dari dampak penyebaran virus Covid-19 varian baru.
Berdasarkan laporan IMF World Economic Outlook edisi Juli 2021, asumsi utamanya karena varian CoV 2 varian delta mampu 50 persen lebih menular daripada varian alpha.
“Kemanjuran vaksin tetap sama terhadap virus baru ini dan vaksin akan digunakan seperti yang diharapkan baseline, tetapi keraguan vaksin itu pada akhirnya akan membatasi jumlah orang yang divaksinasi," tulis IMF dalam laporannya, Rabu (28/7).
Selanjutnya, IMF melihat peningkatan infeksi menyebabkan mobilitas yang lebih rendah bahkan banyak negara maju dan bahwa hubungan antara mobilitas dan aktivitas sama seperti yang diamati selama kuartal terakhir tahun 2020 dan kuartal pertama tahun 2021.
“Turunnya aktivitas atau mobilitas masyarakat yang berlarut-larut berisiko menimbulkan kerusakan terus-menerus pada kapasitas pasokan ekonomi,” tulisnya.
Menurut IMF pertumbuhan global pada 2021 dan 2022 lebih dari 0,8 poin persentase lebih lemah daripada baseline. Adapun pertumbuhan PDB di negara berkembang dan ekonomi berkembang kira-kira satu poin persentase di bawah baseline pada 2021 dan 2022.
“Keragu-raguan vaksin dan global spillovers merugikan ekonomi maju sekitar tiga per empat poin persentase pertumbuhan PDB pada 2021 dan 2022,” tulisnya.
Pada 2025, IMF memperkirakan output global masih kira-kira persen di bawah baseline, tetapi kerugian kumulatif pada 2025 serupa dengan apa yang ada skenario pertama, hanya di bawah 4,5 triliun dolar AS. Namun, distribusi kerugiannya berbeda, ekonomi maju menyumbang bagian yang lebih besar, dengan kerugian kumulatif lebih dari 2,5 triliun dolar AS.