REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen bersama FEB Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melangsungkan Mahapreneur 8 pada Jumat (16/7). Agenda ini merupakan acara tahunan yang membahas terkait bisnis dan usaha.
Mahapreneur 8 kali ini mengusung tema “Create Export Opportunities in the World of Virtual Business” dengan mengundang dua pemateri utama. Keduanya antara lain Duta besar RI untuk Bratislava, Slowakia, Adiyatwidi Adiwoso Aswadi dan Wakil Ketua Indoensia Japan Business Network (IJB-Net), Fernanda Reza Muhammad. Setidaknya ada sekitar 8.000 peserta yang berasal dari SMA dan perguruan tinggi se-Indonesia hadir di kegiatan ini.
Dekan FEB UMM, Idah Zuhron menyampaikan, potensi ekspor Indonesia sebenarnya sangat besar. Apalagi dalam upaya meninkatkan devisa negara. Maka dari itu, gelaran ini dapat memberikan pandangan akademis kepada mahasiswa terkait peluang ekspor yang diimbangi dengan perkembangan teknologi informasi.“Semoga Mahapreneur 8 ini bsia memberikan wawasan dan ilmu baru terkait ekspor dan impor bagi para peserta,” katanya.
Sementara itu, Duta besar RI untuk Bratislava, Slowakia, Adiyatwidi Adiwoso Aswadi mengawali materi dengan mengenalkan negara Slowakia kepada para peserta. Ia menjelaskan Slowakia merupakan negara landlock dengan total populasi 5,4 juta jiwa.
Menurut economic intelligence yang dilakukan oleh KBRI Bratislava, ada lima produk yang memiliki potensi bagus untuk masuk ke pasar Slowakia. Beberapa di antaranya seperti makanan dan minuman, karpet, timah, aksesoris kendaraan, dan minyak sawit.
Ia juga menuturkan, impor utama Indonesia dari Slowakia berada di sektor elektronik dan otomatif. Oleh sebab itu, hubungan ekonomi Indonesia-Slowakia tidak mengendur meskipun berada di masa pandemi Covid-19. Hal itu terjadi karena adanya adaptasi yang dilakukan oleh kedua negara dengan memanfaatkan teknologi dalam melaksanakan bisnis.
Wakil Ketua Indoensia Japan Business Network (IJB-Net), Fernanda Reza Muhammad menjelaskan, Indonesia menjadi negara importir terbesar ke-10 di Jepang pada 2017. Adapun nilai totalnya berada di angka 22,3 miliar dollar AS dari total 753,7 miliar dollar AS yang ada.
Pria yang juga menjadi tenaga teknis Ekspor Center Surabaya itu juga menyampaikan, masyarakat Jepang kini sudah sadar dengan makanan serta minuman halal. Hal ini memberikan peluang bisnis yang besar bagi UMKM yang ada di Indonesa untuk memasarkan produknya di Jepang. “peluang inilah yang harus dimanfaatkan dengan baik sehingga dapat membantu perekenomian negara,” kata dia.