REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST -- Lebih dari 1.000 perawat berkumpul di Budapest, menuntut kenaikan upah. Protes itu digelar usai jajak pendapat menunjukkan banyak perawat yang mempertimbangkan untuk meninggalkan Hungaria untuk gaji yang lebih tinggi.
Hal itu akan membebani sistem kesehatan negara anggota Uni Eropa itu. Seperti banyak negara Eropa timur lainnya, Hungaria juga kekurangan dokter dan petugas medis. Sebab gajinya sangat jauh berbeda di negara-negara Eropa barat.
Para perawat memakai kaos warna putih dan membawa balon dengan warga yang sama. Mereka berkumpul di pusat alun-alun Budapest. Ratusan dari mereka datang dari luar kota dan menempuh beberapa jam untuk berpartisipasi dalam unjuk rasa ini.
"Ketika pembatasan perjalanan pandemi di seluruh Eropa dicabut bisa ada gelombang perawat berhenti bekerja," kata ketua Kamar Tenaga Medis Profesional Hungaria, Zoltan Balogh, Ahad (1/8).
Balogh mengatakan setiap tahunnya ada 400 hingga 500 perawat yang meninggal dunia. Menurut jajak pendapat dari yang digelar lembaganya, bulan lalu lebih dari 1.000 perawat mempertimbangkan untuk meninggalkan Hungaria.
"Kami profesional level menengah yang selalu dilupakan ketika ada kenaikan gaji," kata Ibolya Pinter Gal yang sudah berprofesi sebagai perawat selama lebih dari tiga dekade.