REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi IX DPR RI Felly Estelita Runtuwene menilai, penanganan Covid-19 tak akan berjalan optimal jika tak dibarengi oleh peningkatan testing dan tracing. Kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) juga tak akan efektif jika kedua hal tersebut masih rendah.
"Testing dan tracing ini mutlak harus dilakukan. Kami tidak henti-hentinya ingatkan pemerintah agar peningkatan testing ini sebagai prasyarat agar penanganan pandemi bisa lebih efektif lagi," ujar Felly kepada wartawan, Ahad (1/8).
Indonesia, kata Felly, baru melakukan tes kepada 66.807 orang per satu juta orang. Angka tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan Malaysia yang sudah melakukan tes kepada 417.767 orang per satu juta orang.
"Positivity rate, khususnya PCR yang terus di atas angka 40 persen bahkan mencapai 45,40 persen per tanggal 27 Juli 2021. Angka ini menunjukkan saat ini ada penularan yang tinggi di masyarakat,” ujar Felly.
Untuk itu, Komisi IX mendesak agar pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan untuk terus meningkatkan jumlah testing dan tracing. Agar kasus Covid-19 tidak berkepanjangan dan ekonomi Indonesia segera pulih.
Perluasan testing dan tracing juga harus diimbangi dengan metode lain selain RT-PCR. Salah satunya dengan metode Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) yang juga dapat digunakan untuk mendeteksi RNA Sars Cov-2.
"Tanpa ada peningkatan testing-tracing, maka penanganan pandemi tidak akan optimal. Karena kita tidak mengetahui secara riil jumlah kasus positif dan kebijakan PPKM tidak akan bisa berjalan efektif," ujar politikus Partai Nasdem itu.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa teknik tracing (pelacakan) merupakan kunci dalam penanganan Covid-19. Menurut Luhut, tracing menjadi langkah pertama untuk mendeteksi virus tersebut.
Luhut menjelaskan dengan adanya teknik tracing, maka penyebaran virus Covid-19 dapat dengan cepat diketahui. Kendati demikian, ia mengakui tracing akan membuat jumlah kasus positif meningkat.
Namun, menurut dia, hal itu justru bagus karena akan menghentikan penularan yang lebih masif."Jadi saya sudah bilang Presiden nanti mungkin jumlah yang diketahui terinfeksi akan naik, namun tidak apa apa, kan dia 'tercabut' dari keluarganya. Jadi tidak terjadi banyak penularan di keluarga," katanya.