Jumat 06 Aug 2021 04:38 WIB

Populasi Bekantan di Kotawaringin Timur Mulai Terancam

Seekor bekantan hanyut di Sungai Mentaya diduga ketika ia berusaha mencari makan.

Red: Ratna Puspita
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah mengungkap populasi bekantan (nasalis larvatus) di Kabupaten Kotawaringin Timur mulai terancam. Hal ini akibat semakin sulitnya mendapatkan makanan di habitat aslinya sehingga satwa itu masuk ke kawasan permukiman. (Foto: Bekantan)
Foto: Antara
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah mengungkap populasi bekantan (nasalis larvatus) di Kabupaten Kotawaringin Timur mulai terancam. Hal ini akibat semakin sulitnya mendapatkan makanan di habitat aslinya sehingga satwa itu masuk ke kawasan permukiman. (Foto: Bekantan)

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah mengungkap populasi bekantan (nasalis larvatus) di Kabupaten Kotawaringin Timur mulai terancam. Hal ini akibat semakin sulitnya mendapatkan makanan di habitat aslinya sehingga satwa itu masuk ke kawasan permukiman.

"Dugaan awal kami, terjadi kerusakan habitat bekantan sehingga mereka berusaha mencari makan ke tempat lain. Namun, bekantan itu salah menyeberangi sungai," kata Komandan Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Pos Sampit Muriansyah di Sampit, Kamis (5/8).

Baca Juga

Pada Rabu (4/8) siang, Muriansyah melepasliarkan seekor bekantan betina remaja ke hutan di Kecamatan Seranau. Hutan di kawasan ini dikenal sebagai habitat satwa langka dengan ciri khas hidung besar dan panjang tersebut.

Sebelumnya, bekantan itu diselamatkan dua orang motoris kelotok bernama Alus dan Johan. Mereka melihat seekor bekantan hanyut di tengah Sungai Mentaya.

Bekantan itu diduga berenang dari hutan di Kecamatan Seranau hendak menyeberang menuju Pusat Perbelanjaan Mentaya Sampit untuk mencari makanan. Saat di tengah sungai, bekantan itu diduga kelelahan dan nyaris tenggelam. 

Untungnya, Alus dan Johan melihat satwa langka itu dan menyelamatkannya. Mereka kemudian melaporkan kejadian itu ke BKSDA. 

Saat diperiksa, tidak ada ditemukan luka pada tubuh bekantan. Selanjutnya, BKSDA melepasliarkan bekantan itu ke habitatnya kembali ke hutan di Kecamatan Seranau.

Muriansyah mengatakan, insiden bekantan nyaris tenggelam saat menyeberangi Sungai Mentaya, sudah beberapa kali terjadi. BKSDA mencatat ini merupakan kejadian kelima dalam empat tahun terakhir.

Bekantan diduga mulai kesulitan mendapatkan makanan di habitat aslinya sehingga mulai mencari makan ke tempat lain, termasuk ke kawasan permukiman. "Ini cukup memprihatinkan karena bisa mengancam populasi satwa langka tersebut," katanya.

Muriansyah mengapresiasi dan berterima kasih karena kesadaran masyarakat cukup tinggi untuk ikut menyelamatkan satwa langka tersebut. Buktinya warga yang umumnya motoris kelotok yang menemukan bekantan hanyut tersebut langsung menyelamatkannya dan melaporkannya ke BKSDA.

"Kami mengimbau kepada warga yang memelihara atau menemukan satwa dilindungi segera melapor ke BKSDA Sampit. Selain untuk menyelamatkan satwa tersebut, ini juga agar warga tidak sampai tersandung masalah hukum. Satwa dilindungi yang dipelihara selain di habitatnya, juga rawan mati," kata Muriansyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement