REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Dalam kurang dari sepekan, Muharram akan menyapa, akan ditandai dengan perayaan tahun baru hijriah bagi seluruh Muslim di dunia. Serupa seperti tahun baru masehi yang selalu dirayakan setiap tanggal 1 Januari, umat Muslim juga selalu menyambut tahun baru Islam setiap tanggal 1 Muharram yang diperkirakan jatuh pada 11 Agustus mendatang.
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof Dr Maksum Machfoedz menghimbau agar momen tahun baru 1443 Hijriah dengan bersyukur dan bermuhasabah, tanpa ada hingar-bingar atau perayaan yang berpotensi merusak atau membahayakan diri atau orang lain.
“Yang pertama tentu saling menyampaikan ucapan syukur dan selamat tahun baru Hijriyah 1443,” ujarnya kepada Republika, Senin (9/8).
“Ungkapan rasa syukur ini kita ukur dengan muhasabah, dengan mengintrospeksi diri dan berdoa agar pandemi segera berlalu. Tanpa ada petasan atau hal lain yang menimbulkan mudarat,” sambungnya.
Dia juga mengingatkan pelajaran dari pergantian tahun yang secara filosofis diajarkan oleh Sayyidina Usman bin Affan. Alkisah ketika polemik panas terjadi dalam penentuan tahun Islam, ada banyak pilihan, antara lain dihitung sejak kelahiran Nabi, sejak turunnya wahyu pertama, atau sejak kerasulan, tuturnya.
“Dengan cerdas Usman RA mengusulkan tonggak sejarah yang ditandai oleh peristiwa Hijrah dan tahunnya menjadi tahun Hijriyyah.
Filosofi beliau, “Al-hijratu farraqat baina al-haqqi wa al-bathil.” Bahwa hijrah itu penanda nyata beda antara yg benar dan haq; dengan yang bathil atau kegelapan,” ujarnya.
Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa tersebut. Dimana tahun 1442 diwarnai dengan begitu banyak cobaan dan krisis, maka di tahun yang baru ini mari kita lebih dewasa dan cerdas dalam menghadapi seluruh cobaan, termasuk pandemi yang entah kapan akan berakhir, sarannya.
“Menyadari bahwa cobaan ini tidak tahu kapan berhenti dan hanya bisa tertanggulangi ketika kita saling peduli, sembari senantiasa mendekatkan diri kepada Ilahi Robbi,” ujarnya.
“Itulah solusi untuk berubah dari 1442 menuju 1443, kegelapan menuju jalan terang. Tanpa itu semua niscaya bangsa Ini akan berubah dari kegelapan menuju kegelapan lagi, dan bahkan lebih gelap, karena Tuhan telah mengingatkan ketika manusia sudah lupa diri itu bagai binatang dan bahkan lebih rendah lagi, na’udzu billaaah,” pungkasnya.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Manan Ghani menjelaskan, Muharram adalah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan (haram) dalam Alquran. Adapun peringatan Tahun Baru Islam ditandai dengan perjalanan da’wah Rasulullah dari Mekah ke Madinah, yang dipatenkan pada masa Umar bin Khattab RA sebagai 1 Muharram atau awal tahun Islam.
“Menandai datangnya awal tahun, selain merayakannya dengan kegembiraan, kita juga harus bermuhasabah, mensyukuri bertambahnya umur, nikmat sehat, dan masih berkesempatan untuk hidup dengan baik. Dunia dalah tempat untuk mendulang amal sholeh, maka manfaatkan kesempatan ini untuk mengintroveksi diri dan meningkatkan keimanan kita,” ujar Ketua PBNU Bidang Dakwah dan Masjid MUI Pusat ini kepada Republika, Jumat (6/8).
Mengutip sabda Rasulullah SAW, kebanyakan manusia tertipu dengan dua kenikmatan, yaitu sehat dan kesempatan (peluang). Melalui muhasabah, manusia dapat disadarkan dan terhindar dari tipu muslihat yang menyesatkan, kata KH Manan. “Semoga dengan muhasabah kita bisa gunakan kesempatan yang akan datang untuk lebih baik,” ujarnya menambahkan.
Dia menyarankan seluruh umat Muslim untuk terus meningkatkan amal sholeh meski di tengah kesulitan seperti saat ini. Bersabar dan terus bermuhasabah adalah cara yang paling tepat untuk mengawali datangnya tahun yang baru, ujarnya.
“Mari kita rayakan tahun baru Islam dengan memperbanyak dzikir, doa, dan munajat, bahkan berpuasa. Semoga Covid-19 dengan beraneka variannya cepat berlalu dan negeri yang kita cintai ini dapat segera pulih dan bangkit,” pungkasnya.