Senin 09 Aug 2021 15:39 WIB

SD yang Gurunya Dilaporkan Arogan Dievaluasi

Guru yang dilaporkan sudah diganti dengan guru lain.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Ilham Tirta
Sekolah online (ilustrasi).
Foto: EPA-EFE/PIYAL ADHIKARY
Sekolah online (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor telah melakukan evaluasi terhadap sekolah dasar di Cilebut, Kabupaten Bogor. Evaluasi dilakukan terkait dengan guru kelas 4 SD yang dinilai otoriter dan arogan oleh orang tua siswa.

Kepala Bidang Sekolah Dasar pada Disdik Kabupaten Bogor, Nur Janah mengatakan, pihak sekolah akan memanggil orang tua murid dan guru yang terlibat ke sekolah untuk diberi penjelasan. “Sudah (evaluasi). Hari ini rencananya akan dipanggil lagi kepala sekolah, guru, dan orang tua oleh pengawas. Saya masih tunggu info dari Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) dan Koordinator Layanan Pendidikan (Koryandik) terkait kelanjutannya,” kata Nur Janah kepada Republika.co.id, Senin (9/8).

Lebih lanjut, Nur Janah mengatakan, Disdik Bogor telah bergerak untuk menengahi antara sekolah dan orang tua murid. Saat ini, pihaknya akan melihat dahulu bagaimana kronologis di lapangan.

Selain itu, keluhan orang tua juga harus ditanggapi. Di samping keluhan dari pihak sekolah dan guru. “Nanti kita lihat dulu di lapangan seperti apa, saya klarifikasi dulu apakah prosesurnya seperti apa, kita tetap ada di tengah. Sudah bergerak langsung. Kami juga sudah buat surat edaran tentang pembelajaran selama pandemi Covid. Ada daring, luring, dan kombinasi,” kata dia.

Menanggapi arahan DPRD Bogor untuk meningkatkan kreativitas guru dan sekolah, Nur Janah mengatakan, Disdik selalu memberi informasi kepada tenaga pendidik terkait pelatihan cara mengajar. Meski demikian, dia mengaku, para guru utamanya di tingkat sekolah dasar mengalami kesulitan untuk mengajar murid kelas 1 SD secara daring.

“Pembelajaran daring ini buat guru lebih capek. Selama pembelajaran masa pandemi, kita sering beri informasi misalnya ada pelatihan. Supaya menambah ilmu wawasan mereka pada ikut. Menggali ilmu dan kreativitas,” kata Nur.

Sementara itu, orang tua siswa yang membuat aduan, Anung Hidayah (36 tahun) mengatakan, guru yang bersangkutan telah diganti dengan guru baru. Tak hanya itu, pada Senin pagi dilakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di kelas yang bersangkutan.

Diketahui, cuitan Anung di Twitter berisi keluhan orang tua siswa terkait guru yang dinilai otoriter dan arogan viral di media sosial. Selain mengeluh melalui media sosial, dia juga turut melaporkan guru yang bersangkutan ke pihak sekolah.

Dalam cuitannya pada Rabu (4/8), Anung menceritakan tentang istrinya yang dikeluarkan dari grup WhatsApp pembelajaran jarak jauh (PJJ) anaknya yang masih duduk di kelas 4 SD. Istri Anung dikeluarkan lantaran melakukan protes kepada guru yang memberi tugas yang banyak, namun tidak disertai pemberian materi.

Dia pun membuat cuitan tersebut karena merasa kecewa dengan sikap arogan dari seorang guru, dalam menyikapi masukan dari orang tua murid. Sikap arogansi itu ditunjukkan oleh guru yang bersangkutan melalui kata-kata “jangan protes”. Sebelum akhirnya istri Anung dikeluarkan dari grup WhatsApp kelas.

“Hari (Senin) ini guru yang bersangkutan sudah diganti dengan guru baru, dan tadi pagi dilakukan sekolah tatap muka terbatas,” kata Anung.

Di samping itu, sambung dia, kondisi pembelajaran anaknya yang sempat menurun sudah kondusif. Hal itu terlihat dari anaknya yang semangat belajar.

“Dan saya rasa sudah cukup kondusif, anak saya juga terlihat lebih semangat belajarnya sekarang. Kita sedang menuju ke sekolah, pihak sekolah ada yang ingin dibicarakan dengan kami,” kata dia.

Dia menambahkan, Pemerintah Bogor sempat menghubungi Anung melalui direct message di Twitter. Dalam pesan tersebut, akun Twitter @bokorkab mengatakan, akan menyampaikan kejadian itu ke Disdik Kabupaten Bogor.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement