REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Air memiliki peran yang sangat penting bagi tubuh, tak terkecuali bagi ibu di masa kehamilan. Namun faktanya, dua dari lima ibu hamil di Indonesia tercatat belum tercukupi kebutuhan minum hariannya.
Data ini menunjukkan pemenuhan kebutuhan hidrasi atau air minum bagi ibu di masa kehamilan masih seringkali terlupakan. Padahal menjaga asupan nutrisi selama kehamilan merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas generasi mendatang dan mencegah berbagai risiko yang dapat terjadi terhadap kehamilannya.
Hal senada disampaikan Guru Besar FEMA IPB University, Prof Dr Hardinsyah MS pada Webinar Pergizi Pangan Seri 57 dengan tema 'Pentingkah Pemenuhan Asupan Air Selama Kehamilan?' yang diselenggarakan secara virtual, Rabu (11/8). “Perhatian nasional dan internasional terhadap kebijakan dan program gizi dan kesehatan ibu hamil semakin hari semakin meningkat dalam rangka meningkatkan kualitas generasi mendatang yang lebih sehat, cerdas, dan produktif," ujar dia.
"Oleh karena itu, berbagai upaya meningkatkan status gizi dan derajat kesehatan ibu hamil dengan mencegah terjadinya masalah gizi yang dapat terjadi seperti anemia, defisiensi gizi mikro, kurang energi kronik, ataupun kekurangan asupan hidrasi merupakan investasi yang penting,” kata dia menambahkan.
Ahli penyakit ginjal dan hipertensi Siloam Hospital Tangerang, Prof Dr dr Parlindungan Siregar SpPD KGH menjelaskan pada awal kehamilan terjadi penurunan osmolalitas plasma yang mengakibatkan penurunan rasa haus dan sekresi hormon antidiuretik. Pada sisi lain berdasarkan studi mengenai keseimbangan cairan saat kehamilan, menunjukkan wanita yang sedang hamil membutuhkan cairan ekstra dikarenakan perubahan kondisi fisiologis dan pertumbuhan janin.
Kebutuhan cairan akan sangat tergantung pada asupan energi, yaitu sebesar 1-1,5 ml cairan untuk setiap kilokalori asupan energi. Menurut Parlindungan, pada masa kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan energi rata-rata 300 kkal per hari, oleh karena itu ibu hamil setidaknya memerlukan tambahan asupan air hingga 40 persen pada trimester kedua dan ketiga masa kehamilan.
“Kurangnya konsumsi air selama masa kehamilan dapat menyebabkan dampak buruk pada kesehatan karena memengaruhi pencernaan, penyerapan, metabolisme, dan suhu tubuh," ujar dia. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa perbaikan status hidrasi ibu hamil turut mempengaruhi kesehatan ibu dan janin."
Status kecukupan hidrasi juga berpengaruh pada volume cairan amnion atau ketuban yang akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. "Selain mencegah terjadinya oligohidramnion,” ujar Parlindungan.
Terkait hal ini, ahli obstetri dan ginekologi FK UI dan RSCM Jakarta, Prof Dr dr Budi Imam Santoso SpOG (K) menyatakan oligohidramnion merupakan kondisi berkurangnya cairan amnion atau ketuban. Pada kondisi oligohidramnion, secara kuantitatif, volume cairan amnion atau cairan ketuban yang dimiliki ibu kurang dari 500 ml atau memiliki angka ICA (Indeks Cairan Amnion) kurang dari 5 cm.
Secara umum, prevalensi oligohidramnion pada ibu hamil berada di angka 3-5 persen dan umumnya terjadi pada trimester ketiga. Penelitian yang dilakukan di Low Middle Income Countries menyebutkan kejadian oligohidramnion ditemukan pada 1 dari 150 kehamilan ibu. "Oligohidramnion dapat disebabkan oleh berbagai etiologi salah satunya yaitu kondisi kurang air pada masa kehamilan," kata Prof Budi.
Prof Budi juga menyimpulkan berdasarkan beberapa publikasi ilmiah bahwa pemberian air minum untuk ibu hamil dengan oligohidramnion tanpa kelainan maternal/fetal pada trimester ketiga (28-37 minggu) dapat meningkatkan ICA atau jumlah cairan ketuban. Pemberian air minum secara oral memiliki efek yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian cairan secara intravena.
"Tambahan jumlah air minum per hari yang dibutuhkan ibu hamil dengan oligohidramnion untuk memberi efek peningkatan ICA berkisar antara 1500-2500 ml, tergantung kondisi masing-masing ibu hamil. Sedangkan berdasarkan Permenkes RI nomor 28 tahun 2019, dianjurkan bagi seorang ibu hamil di Indonesia mengonsumsi 2450 sampai 2650 ml air atau setara sekitar 10-11 gelas sehari,” ujarnya menjelaskan.