REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Perbuat tercela dan sangat buruk yang dilakukan orang musyrik adalah mengundurkan (bulan Harram). Perbuatan tercela orang kafir ini diabadikan Allah SWT dalam surah At-Taubah ayat 37.
"Sesungguhnya mengunduran (bulan Haram itu), hanyalah menambah kekufuran saja. Orang-orang kafir disesatkan dengan pengunduran itu mereka menghalalkan satu tahun dan mereka haramkan di satu tahun, karena hendak mereka genapkan bilangan bulan yang diharamkan oleh Allah, lalu mereka halalkan apa yang diharamkan oleh Allah."
Buya Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar mengatakan, di ayat ini diterangkan suatu perbuatan yang buruk, sangat tercela yang diperbuat oleh kaum musyrikin di zaman jahiliyah itu. Yaitu perbuatan yang dinamai nasi.
"Yaitu mengundur-undur ataupun mengulur-ulur waktu. Hal ini terjadi terhadap bulan yang empat yang dihormati itu," tulis Buya Hamka.
Menurut kesimpulan al-Hafizh lbnu Hajar di dalam "Fathul Bari", karena mereka di zaman jahiliyah itu hendak berperang di bulan Muharram, padahal dibulan Muharram tidak boleh berperang, lalu mereka pertukarkan letak bulan haram itu ke bulan yang sesudahnya, yaitu bulan Shafar. Ada pula yang memundurkan Shafar kepada Rabi'ul Awwal dan mengundurkan Rabi'ul Awwalke Rabi'ul Akhir, sampai nanti Syawwal menjadi Dzul Qa'idah; dan Dzulqaidah menjadi Dzulhjjah.
"Disanjung-sanjung bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka y ang jahat itu."
Disanjung-sanjung, dipuji-puji, dihias-hiasi yang tidak bagus dikatakan bagus. Siapa yang menghias-hiaskan ini? Niscaya Syaitan.
Hal itu kata Buya Hamka sebagaimana ditafsirkan oleh lbnu Abbas. Siapa pula lagi yang akan menganjur-anjurkan yang jahat, Ialu memuaskan diri sendiri dengan mengatakan bahwa yang jahat itu adalah baik, kalau bukan hasungan syaitan
"Sedang Allah tidaklah akan memberi petunjuk bagi kaum yang kafir." (ujung ayat 37).
Kalau pengaruh syaitan telah masuk, niscaya gelap lah jiwa. Kalau jiwa telah gelap, niscaya petunjuk Tuhan tidak mau masuk lagi. Sebab apabila pengaruh syaitan telah masuk, kekufuranlah yang telah berpengaruh dalam jiwa.
"Itulah sebabnya maka menjadi musyrikin. Orang musyrikin mengikuti syaitan, hawanafsu dan syahwat," tulis Buya Hamka.
Kegelapan telah mempengaruhi mereka sehingga kian lama kian gelap. Sampai mereka berani mengacaukan bilangan bulan, mengundur-undur, mengulur-ulur yang berati, mendustai diri sendiri.
"Sebab bertentangan dengan peraturan Allah dan kitab Allah yang tidak dapat dirubah-rubah oleh tenaga manusia," katanya.
Mereka tidak mengerti ini, karena pengaruh yang dihiaskan oleh syaitan. Mereka mengundur-undur bulan atau mengulur-ulur, sehingga letak bulan menjadi kacau. Maksud mereka ialah semata-mata hendak melanggar ketentuan agama yang mensucikan empat bulan tertentu tadi.