REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR — Pihak berwenang Aljazair menangkap 22 orang yang diduga berada di balik kebakaran hutan di negara itu, yang merupakan terbesar sepanjang sejarah, dengan 65 orang meninggal akibat bencana ini.
Presiden Aljazair Abdelmajid Tebboune mengatakan kebakaran yang terjadi sebagai sebuah bencana nasional. Ia mendesak pelestarian dan persatuan nasional tercapai dalam menghadapi apa yang terjadi di negara Afrika itu saat ini.
Puluhan insiden kebakaran hutan melanda wilayah pegunungan di utara Aljazair sesak awal pekan ini. Bencana paling parah terjadi di Tizi Ouzou, provìni utama di daerah Kabylie, timur Ibu Kota Aljir.
“Beberapa kebakaran disebabkan oleh suhu tinggi, namun ada orang-orang ‘jahat’ yang kebanyakan berada di balik insiden,” ujar Tebboune dalam sebuah pernyataan yang disiarkan melalui televisi Pemerintah Aljazair pada Kamis (12/8).
Tebboune mengatakan 22 tersangka ditangkap, termasuk diantaranya 11 berasal dari Tizi Ouzou. Ia menegaskan bahwa keadilan akan melakukan tugasnya kepada mereka yang bersalah.
“Ini adalah bencana, tapi kekuatan kami tidak akan runtuh. Saya mendesak persatuan nasional untuk dijaga,” kata Tebboune.
Tebboune memuji solidaritas dan peran seluruh pihak dalam menghadapi bencana tersebut. Ia berterima kasih dengan adanya bantuan yang diberikan dari provinsi atau daerah yang tidak terkena bencana ke wilayah bencana, berupa makanan, obat-obatan, dan lainnya.
Tentara dikerahkan untuk membantu pemadaman api, baik di darat maupun melalui udara dengan helikopter. Selain itu terdapat dua bantuan pesawat dari Uni Eropa untuk memadamkan hutan yang terbakar.
Tebboune mengatakan Pemerintah Aljazair juga akan menerima dua bantuan pesawat lagi dari Spanyol pada Jumat (13/8) dan dari Swiss yang dijadwalkan untuk diterima dalam tiga hari ke depan.