Kamis 19 Aug 2021 12:50 WIB

FAA Batasi Maskapai AS untuk Terbang di Atas Afghanistan

Maskapai AS harus mendapatkan izin khusus untuk terbang di atas Afghanistan

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Pesawat-pesawat berdiri setelah kedatangan penerbangan pertama orang-orang yang dievakuasi dari Kabul, di RAF Brize Norton, Inggris, Senin 16 Agustus 2021. Negara-negara internasional telah bergegas untuk mengevakuasi diplomat, sekutu lokal, dan keluarga mereka dari Kabul, menyusul jatuhnya pemerintah Afghanistan yang didukung Barat kepada Taliban.
Foto: Steve Parsons/PA via AP
Pesawat-pesawat berdiri setelah kedatangan penerbangan pertama orang-orang yang dievakuasi dari Kabul, di RAF Brize Norton, Inggris, Senin 16 Agustus 2021. Negara-negara internasional telah bergegas untuk mengevakuasi diplomat, sekutu lokal, dan keluarga mereka dari Kabul, menyusul jatuhnya pemerintah Afghanistan yang didukung Barat kepada Taliban.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Maskapai penerbangan Amerika Serikat (AS) harus mendapatkan izin khusus untuk terbang di atas Afghanistan. Peraturan baru ini dikeluarkan karena tidak ada pengawas lalu lintas udara yang mengawasi wilayah tersebut sejak Taliban menguasai negara pada akhir pekan lalu.

Pengumuman dikeluarkan oleh Administrasi Penerbangan Federal Amerika (FAA) pada Rabu (18/8) malam. Dengan aturan terbaru yang ditetapkan, operator berlisensi AS diharuskan memberi tahun badan tersebut sebelum terbang di atas wilayah Afghanistan.

Baca Juga

Langkah FAA dilakukan saat militer AS terlibat dalam misi untuk mengevakuasi warga Amerika, orang-orang yang memegang visa imigran khusus, dan lainnya dari bandara di Kabul. Perintah itu tidak akan melarang penerbangan bantuan dan militer.

Dilansir BNN Bloomberg, tidak jelas berapa banyak penerbangan AS yang akan terdampak dari aturan tersebut. United Airlines mengumumkan pada 15 Agustus bahwa maskapai tidak lagi melakukan penerbangan di atas negara itu, termasuk beberapa maskapai AS beroperasi di wilayah tersebut.

Militer AS sedang memandu pesawat dalam jarak dekat dari bandara di Kabul, tetapi itu adalah satu-satunya bagian Afghanistan di mana pesawat dilacak oleh pengontrol. Pejabat intelijen Amerika tidak memperkirakan keruntuhan militer Afghanistan yang begitu cepat dan AS sekarang memiliki kemampuan terbatas untuk membantu sekutu yang terjebak di Kabul.

Baca juga : Anggota Taliban yang Kagum Lihat Perubahan Afghanistan

Presiden AS Joe Biden mengatakan pasukan negaranya akan tetap berada di Afghanistan sampai semua orang Amerika dapat meninggalkan negara itu. Bahkan, jika perlu waktu lebih lama dari tenggat waktu 31 Agustus untuk mundur.

“Jika ada warga Amerika yang tersisa, kami akan tetap tinggal untuk mengeluarkan mereka semua,” ujar Biden dalam sebuah wawancara di ABC News dalam wawancara pada Rabu (18/8).

AS mengatakan telah mengevakuasi 3.200 orang dari Afghanistan tetapi ribuan orang Amerika dan puluhan ribu warga Afghanistan yang ingin meninggalkan negara itu tetap ada. Biden tampak meremehkan gambar yang muncul pada awal pekan ini, yang menunjukkan pesawat militer AS penuh sesak saat mencoba lepas landas dari bandara di Kabul.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement